Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Majene, Hj. Wirdaningsih
Majene, mandarnews.com – Angka stunting berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 sampai Riskesdas terakhir 2018 mengalami penurunan yang mencapai kurang lebih 5%.
Hal itu disampaikan oleh Hj. Wirdaningsih, SKM selaku Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, Jumat (24/1/2020).
Hj. Wirdaningsih menjelaskan, Riskesdas 2010 menempatkan Majene sebagai lokus stunting yang paling tinggi di Sulawesi Barat (Sulbar).
“Dua tahun kedepannya kita belum terlalu merespons hal itu. Namun, setelah hasil penelitiannya dipublikasikan kemudian berproses, sampai akhirnya tersosialisasikan sekitar 2012-2013, kita mulai menyusun rencana penanganan stunting, apalagi isu tersebut mulai panas bahwa Majene tertinggi di Sulbar. Sulbar juga posisi kedua tertinggi di Indonesia, di bawah NTT dari 34 provinsi,” sebut Hj. Wirdaningsih.
Riskesdas, lanjutnya, dilaksanakan tiap empat tahun sekali. Di Riskesdas 2010 dan 2014, angka stunting Majene mencapai 48 sekian persen, hampir mencapai 49 persen.
“Syukur alhamdulillah, pada Riskesdas terakhir untuk tahun 2018 sudah turun menjadi 42 sekian persen. Itu berarti ada kurang lebih 5 persen penurunan sampai saat ini,” ucap Hj. Wirdaningsih.
Ia menerangkan, dari penurunan itu, Majene yang tadinya lokus stunting tertinggi di Sulbar, kini menempati posisi kedua di bawah Mamasa dan di atas Polewali Mandar (Polman).
“Dii Sulbar ada empat yang masuk lokus, yakni pertama Mamasa, kedua Majene sendiri, ketiga Polman, dan baru-baru ini yang masuk lokus adalah Mamuju. Untuk Mamuju Tengah, Mamuju Utara, dan Pasangkayu masih aman, kemungkinan capaian angka stuntingnya masih sekitaran 20% sedangkan kita masih di angka 42 sekian persen,” ujar Hj. Wirdaningsih.
Ia berharap, angka stunting kedepannya semakin kurang dan peringkat kedua lokus di Sulbar juga turun. (Putra)
Editor: Ilma Amelia