
Kadispar Sulbar Farid Wajdi didampingi Kadisbudpar Majene Andi Beda melihat langsung bangunan bersejarah tersebut, Rabu (30/12) di dekat Gedung Assamalewuang.
Majene, mandarnews.com – Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Farid Wajdi melakukan kunjungan ke Kabupaten Majene untuk melihat langsung bangunan tua yang diduga peninggalan Belanda mirip dengan bangunan eks stasiun radio militer, Rabu (30/12).
Dalam kunjungannya, Farid didampingi langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Majene Andi Beda serta ditemani peneliti dan penulis buku Majene Kota Tua Ridwan Alimuddin dan Irsyad, salah seorang budayawan Mandar.
Menurut Farid, saat ini Pemerintah Provinsi Sulbar dalam hal ini bidang pariwisata sedang mencoba memetakan atraksi yang ada di seluruh Sulbar sebagai bahan untuk penulisan buku Majene Kota Tua.
Farid menjelaskan, ada beberapa pola yang dilihat dari pemetaaan itu dan ternyata di Majene ini ada dua kekuatan, yakni kekuatan alam contohnya Pantai Datoq dan kebudayaan yang belum maksimal disentuh oleh pemerintah selama ini.
“Sementara dari sisi suplainya atau penawaran wisata kepada wisatawan dalam aspek educational tourism atau pariwisata pendidikan itu sangat penting,” ucap Farid.
Semisal bangunan Belanda, lanjutnya, di Sulbar cuma Majene yang mempunyai bangunan Belanda selengkap ini karena dulunya afdeling.
“Makanya, untuk narasi awal kita mau bikin ‘Majene Kota Tua’ dimana dalam buku ini banyak bercerita tentang sejarah Belanda masuk di Sulbar. Nah, atraksi Belanda itu yang ada dalam buku nanti akan ada seperti museum, kuburan Belanda, dan lainnya,” tandas Farid.
Hal itu dilakukan, lanjutnya, karena Pemprov menginginkan nanti supaya masyarakat Sulbar seperti pelajar datang widyawisata di Majene untuk mempelajari dan melihat peninggalan Belanda ini.
“Itulah pasar pariwisata pendidikan, bagaimana menginformasikan kepada pelajar dan wisatawan supaya mereka datang ke Majene melihat bangunan- bangunan seperti ini dan kami mau segmen pasarnya adalah para pelajar. Oleh karena itu, orientasi pemasaran ke depan itu sudah kita petakan dan sudah dibuat semacam paket tur,” ujar Farid.
Ditengah masa pengenalan ini, Farid bersama Pemda Majene menemukan bangunan tua ini yang diduga milik Belanda yang mirip dengan stasiun radio militer.
Farid pun tertarik memasukkan bangunan tua ini menjadi bahan untuk “Majene Kota Tua” sehingga menyarankan kepada Pemda Majene untuk membuat semacam peraturan daerah soal kawasan seperti peninggalan Belanda atau benda bersejarah karena akan menjadi kunjungan kedepan nanti.
Sementara itu, Andi Beda selaku Kadisbudpar Majene menyampaikan, peninggalan kolonial Belanda di Majene memang tempatnya.
“Ada beberapa objek yang mulai Pemda telusuri yang diharapkan dapat memberikan hal yang positif,” ungkap Andi Beda.
Namun untuk mengelola secara khusus peninggalan bersejarah tersebut, terangnya, kedepan belum bisa karena harus diprogramkan terlebih dahulu di dinas.
Namun Andi Beda mengaku akan berusaha memasukkan ke dalam program yang telah berjalan karena bagaimanapun kemungkinan bangunan ini satu-satunya peninggalan Belanda yang modelnya seperti ini.
“Kemungkinan kami akan buat semacam destinasi khusus peninggalan atau bangunan bersejarah seperti ini, tapi kami akan rencanakan dulu karena belum masuk ke anggaran. Perda juga akan sangat penting yang mungkin bisa kita usul untuk tahun 2022 nanti,” sebut Andi Beda.
Menurut Ridwan Alimuddin, salah seorang yang cukup terkenal berkecimpung di kebudayaan, bangunan dengan ukuran sekitar 2,5 x 4 meter lebih itu diduga bangunan stasiun radio militer peninggalan Belanda.
“Hal ini terbukti saat berada dalam ruang bangunan semuanya senyap. Bangunan juga diprediksi anti peluru, kuat, dan tahan gempa. Diperkirakan bangunan beton dengan lapisan cukup tebal ini sudah ada sekitar abad ke-19,” tutur Ridwan.
Bangunan ini tidak jauh dari Gedung Assamalewuang Majene, berada tepat di belakang salah satu bangunan dekat Assamalewuang.
Reporter: Putra
Editor: Ilma Amelia