Situasi pasar sepi dari aktifitas jual beli perdagangan di Polewali Mandar. Foto: Aty Achmad
Polewali, mandarnews – Pandemi Covid -19 berdampak terhadap omzet pedagang di pusat perdagangan Polewali Mandar.
Pada hari pasar, omzet pedagang bisa turun hingga 80%. Padahal, sebelum pandemi korona, geliat roda ekonomi di pusat niaga Wonomulyo (pasar Rabu dan Minggu) tidak pernah sepi. Aktivitas jual-beli dimulai dini hari pukul 02.00 Wita pasar pagi, hingga malam hari. Kini, para pedagang mengeluhkan pendapatan menurun drastis.
Rabu (8/4), seorang pedagang pasar malam Wonomulyo, Ammah, yang sejak tahun 1995 eksis berjualan di pasar malam Wonomulyo dan Sentral Pekkabata Polewali Mandar mengeluhkan nasib dagangannya.
Ia mengaku terpaksa
menunda jualan baju pada malam hari di pasar kota niaga Wonomulyo untuk sementara waktu sejak larangan lapak pasar khusus pakaian bekas.
“Walaupun belum ada pembeli yang tertular penyakit dari pakaian cakar yang saya jual tapi saat merebak korona ini pembelian baju cakaran dan daya beli kurang. Saya kurang mengerti kondisi ini, pendapatan kami turun sekali,” tutur Ammah.
Ia menuturkan, pakaian cakar sejak dahulu tidak ada keluhan pelanggan berpenyakit mengenakannya seperti gatal dan iritasi kulit. Pakaian bekas yang dipakai anak-anaknya juga demikian.
“Sama halnya juga dari pelanggan, ia mebeli baju cakar tidak ada hubungnya dengan covid 19. Pasalnya, sudah bertahun tahun di perjual belikan di pasaran,” tuturnya.
Begitupun pengakuan Arya, pedagang toko permainan anak Pasar Sentral Pekkabata Polewali Mandar, dagangannya merosot tajam. Ia mengatakan bukan dirinya saja yang pendapatannya merosot. Tapi hampir seluruh pedagang yang ada di pasar tradisional dan pasar sentral mengalami hal serupa. Kondisi seperti ini sudah berlangsung 3 minggu terakhir.
“Efek pandemi corona menurunkan omzet secara signifikan. Kalau saya sampai 80% di toko mainan anak sangat sepi pembeli, semoga kondisi ini tidak berkepanjangan,” tutur Arya.
Sudah seminggu penerapan himbauan pemerintah terkaiat, pembatasan jam operasional pasar. Pasar sepi. Sedangkan dagang online semakin marak.
Di lain sisi, para pedagang kaki lima yang lanjut usia kebanyakan tidak dapat memanfaatkan media online untuk kelangsungan usaha. Mereka gaptek. Berbeda dengan pedagang yang masih muda. Mereka bisa langsung mengubah strategi dagang dari konvensional ke modern dengan memanfaatkan jaringan sosial internet. (Aty)