Gubernur Ali Baal Masdar dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat Enny Anggraeni Anwar. Dok: Facebook.
Mamuju, mandarnews.com – Lima tahun memimpin Sulawesi Barat (Sulbar), masa pemerintahan Ali Baal Masdar (ABM)-Enny Anggraeni Anwar akan berakhir pada 12 Mei 2022 besok.
Meski hanya menang di dua dari enam kabupaten di Sulbar, duet ABM-ENNY yang diusung enam partai politik sukses keluar sebagai kampiun dengan perolehan 38,75 persen suara (hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum Sulbar 2017).
Sejak dilantik 2017 silam, pemerintahan ABM-ENNY tentu memiliki sejumlah catatan. Dalam perjalananny positif dan negatifnya tentu menjadi penilaian khalayak masyarakat Sulbar.
Catatan itu, salah satunya datang dari politisi Nasional Demokrat (Nasdem) Abdul Rahim yang menilai positif pengelolaan dana pinjaman PT SMI untuk mengerjakan ruas jalan yang dianggap sebagai salah satu kebutuhan pokok Sulbar.
Meski demikian, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulbar itu menyebut, masa kepemimpinan ABM-ENNY tidak ada yang spesial. Hal itu lantaran roda pemerintahan dinilai berjalan tidak maksimal.
“Selebihnya, saya jujur mengatakan tidak ada hal yang prestisius. Tidak ada hal yang patut membanggakan menurut saya. Bahwa kemudian ada faktor Covid-19 yang ikut menyandera proses penyelenggaraan pemerintahan kita, proses konsolidasi pembangunan kita, juga saya kira juga termasuk bencana 15 Januari, itu juga salah satu faktor yang harus dilihat sebagai faktor yang ikut memengaruhi roda pemerintahan di Sulbar,” tutur Abdul Rahim yang juga Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Nasdem Sulbar, Rabu (11/5).
Sebagai pihak yang terlibat langsung dalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan program pembangunan di Sulbar, Rahim bahkan menyebut proses pembangunan cenderung stagnan. Tak ada hal yang bersifat prestisius yang jadi legacy di masa kepemimpinan ABM-ENNY.
“Yah, saya mengatakan bahwa ini biasa-biasa saja untuk tidak mengatakan bahwa kita mengalami satu proses stagnasi pembangunan,” sambung Rahim.
Selain Partai Nasdem, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan yang juga sebagai partai pengusung ABM-ENNY bahkan memberikan rapor merah.
Politisi PDI Perjuangan Rayu saat dikonfirmasi menganggap, pencapaian dari visi-misi ABM-ENNY berada di angka merah.
Rapor merah itu diberikan Rayu dengan sejumlah alasan, salah satunya tidak maksimalnya pemerintahan ABM-ENNY. Meski begitu, Rayu menghargai kinerja selama lima tahun terakhir.
“Kalau menurut saya, hampir dibilang di bawah 50 persen yang dia capai (visi misi). Tapi dia sudah berbuat loh, semaksimal apa yang dia bisa lakukan yang terbaik untuk warga. Mungkin karena banyak hal, misalnya akibat gempa dan banyak masalah-masalah lain seperti pandemi dan sebagainya, sehingga itu yang membuat menurut saya, tak sampai di angka 50 persen. Tapi, tidak bisa juga memvonis orang tidak bekerja karena berbagai faktor, pertama pandemi, gempa, dan lain sebagainya itu juga menjadi persoalan,” papar Rayu.
Di luar dari minimnya pencapaian visi misi, Rayu pun menilai, tak ada hal yang sifatnya luar biasa yang dilakukan oleh ABM-ENNY selama ini. Meski begitu, Rayu menganggapnya sebagai pencapaian maksimal yang dapat diraih oleh kedua sosok tersebut.
“Selama lima tahun belum signifikan kalau menurut saya. Tapi, kalau untuk membangun yah lumayanlah kita liat saja apa yang ia bangun. Sebagai kader yang mengusung full ABM-Enny, kita melihat walaupun masyarakat sebenarnya merasa masih sangat kecil dari apa yang sebenarnya diharapkan, tapi itulah yang kita lihat bahwa sudah berbuat semaksimal apa yang dapat diperbuat. Mau dikatakan tidak maksimal, dia sudah melakukan apa yang bisa dia lakukan yang terbaik untuk masyarakat Sulbar. Kalau kemudian dia mungkin ada janji-janji beliau waktu kampanye yang tidak bisa dipenuhi, itu urusan lain lagi. Tetapi yang jelas dia sudah berbuat semaksimal apa yang dia perbuat, walupun mungkin banyak masyarakat yang puas, tapi sebagian besar belum puas, dia sudah melakukan yang dianggap maksimal,” jelas Rayu.
Menurut Rayu, akan jauh lebih baik bagi Sulbar jika dipimpin oleh sosok yang lebih visioner, lebih energik. Sulbar di mata Rayu membutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengelaborasi selruh potensi yang ada untuk kebaikan masyarakat.
“Beliau sudah saatnya untuk beristirahat. Kedepan itu di pemilihan 2024 kita berharap Sulbar itu dipimpin oleh gubernur yang datang dari kawula muda. Sulbar ini daerah yang hampir dikatakan daerah yang baru, yang mungkin kedua terakhir, sehingga harus mencari pemimpin yang betul-betul punya energi, visi-misinya itu betul-betul jelas dan harus membuat satu terobosan-terobosan yang cemerlang. Tapi, kalau dia misalnya gubernur ke depan ini cuma standar-stadar saja, aih janganlah. Cari pemimpin, gubernur yang betul-betul punya visi-misi yang berani mempertaruhkan jabatan, mempertaruhkan segalanya untuk masyarakat Sulbar, untuk kepentingan Sulbar. Kalau sudah dapat seperti itu maka Sulbar akan melejit. Kalau standar, bahkan di bawah standar, aih tidak ada harapan,” ujar Rayu.
Berbicara mengenai pencapaian visi dan misi selama ini, Rayu menganggap jika lima tahun ABM-ENNY hampir bisa dikatakan rapornya merah.
“Kalau capaiannya di bawah 50 persen, merah itu. Tapi yah itulah kemampuannya,” tutup Rayu.
(Artikel ini sebelumnya telah tayang di wacana.info)