
Salah satu ruang kelas yang sudah sangat rusak terpaksa dijadikan gudang. Terlihat plafon ruang kelas telah ambruk, bahkan atap seng juga telah berongga.
Majene, mandarnews.com – Lokasinya yang strategis, persis berada di samping Kantor Bupati Majene dan tepat di depan rumah jabatan (Rujab) Bupati Majene rupanya tak menjamin sekolah ini akan mendapat perhatian khusus.
Faktanya, Sekolah Dasar Negeri (SDN) No. 39 Inpres Cilallang yang berada di tengah-tengah jantung kota yang katanya Kota Pendidikan ini masih luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene, utamanya Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga (Disdikpora).
Pasalnya, sekolah yang telah berdiri dan beroperasi selama bertahun-tahun ini, hampir sebagian besar ruang kelasnya tidak layak ditempati.
Dari 10 ruang kelas yang ada, setidaknya ada tiga ruang kelas yang sangat perlu sentuhan perbaikan dari Pemkab mengingat sebagian besar kerangka balok atau kayu dari plafon kelas keropos dimakan usia dan menjadi sarang rayap. Bahkan, sebagiannya lagi telah ambruk dan membahayakan bagi siswa ataupun para tenaga pendidik.
Atap bangunan sebagian besar juga telah berjatuhan saat diterpa angin atau hujan karena sudah tidak berfungsi dengan baik lagi.
Tak jarang, saat sekolah ini diguyur hujan, air masuk ke dalam ruang kelas dan mau tidak mau siswa harus dipindahkan.
Kepala Sekolah (Kepsek) SDN No. 39 Inpres Cilallang Sumarwan mengatakan, kondisi ini telah lama dikeluhkan pihak sekolah.
Sejak dua tahun lebih Sumarwan menjabat sebagai Kepsek, pihaknya telah berkali-kali menyampaikan keluhan atau usulan ini kepada Pemkab Majene, utamanya dinas terkait.
“Namun, hingga saat ini keluhan tersebut belum juga ditindaklanjuti sehingga kondisinya semakin memprihatinkan dan kian parah,” ujar Sumarwan, Selasa (19/7) saat dikonfirmasi di sekolahnya.
Ia menyampaikan, ada tiga ruang kelas yang perlu perbaikan, namun dua di antaranya sudah sangat perlu penanganan secepatnya.
“Salah satu ruang kelas, yakni kelas II dengan terpaksa dijadikan gudang karena tidak layak ditempati untuk proses pembelajaran,” kata Sumarwan.
Bahkan, gudang pun juga sudah tidak layak mengingat sebagian besar balok kayu nyaris jatuh dan sebaiannya ambruk, atap seng bolong sehingga air hujan masuk dan mengguyur benda di dalamnya.
Agar proses pembelajaran tidak terhambat, saat hujan dan angin datang, pihak sekolah terpaksa menggabungkan siswa dalam satu kelas untuk belajar. Bahkan, sebagian besar siswa harus mengikuti pembelajaran di ruang perpustakaan menjadikan musala sekolah menjadi ruang kelas pembelajaran.
“Terpaksa kami lakukan demikian agar proses pembelajaran tetap berlangsung serta agar siswa bisa lebih aman karena tiga ruangan ini membahayakan saat musim hujan atau angin kencang. Makanya saat hujan, tenaga pendidik yang ada harus bekerja keras mengepel ruang kelas yang basah akibat diguyur hujan,” jelas Sumarwan.
Pihak sekolah juga sudah pernah hendak memperbaiki sekolah, namun tukang kayu takut karena sebagian besar balok kayu pada bangunan sekolah lapuk sehingga membahayakan.
Ia pun berharap, Pemkab Majene memerhatikan kondisi sekolahnya, segera melakukan perbaikan agar lebih layak lagi ditempati, dan siswa yang melakukan proses pembelajaran merasa aman dan nyaman. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia