
Prosesi ritual Sossor Manurung
Mamuju, mandarnews.com – Rangkaian Festival Maradika Mamuju (FMM) tahun 2019 yang mengundang Keraton se-Nusantara dibuka dengan ditandai dengan pencucian benda pusaka yang dikeramatkan oleh masyarakat Mamuju.
Manurung sendiri dalam Bahasa Mamuju dikenal sebagai pisau yang diberi nama Manurung sejak turun temurun oleh Kerajaan Mamuju.
Menurut hikayat singkat yang dibacakan oleh keluarga Kerjaan Mamuju, Ashari Rauf, Manurung adalah saudara kembar yang lahir bersamaan dengan anak pangeran Mamuju yang menikah dengan putri Raja Badung, Bali.
“Pada tahun 1260, digelar Forum Keraton di Kerajaan Mamuju yang mengundang sejumlah kerajaan besar Nusantara. Saat itu Keraton Badung datang dengan jumlah yang cukup banyak, di antaranya permaisuri dan putri raja yang cantik jelita, hingga jatuh hatilah sang pangeran kepadanya,” ujar Ashari.
Raja Mamuju, H. Andi Maksun Maksundai mengatakan, ritual Sossor Manurung diadakan dua tahun sekali dengan memilih tahun ganjil sebagai waktunya.
“Dari kepercayaan turun temurun, Sossor Manurung adalah tradisi untuk mengeluarkan keburukan dan mendatangkan kebaikan,” kata Raja Mamuju.
Sedangkan pemangku adat Mamuju, H. Almalik Pababari menyebutkan, ritual ini dipersembahkan untuk seluruh masyarakat Mamuju.
Pababari juga menuturkan, keterkaitan erat dengan Kerajaan Badung, Bali ditandai dengan penyimpanan sarung belati Manurung yang tertinggal di Kerajaan Badung.
“Sarung Manarung ini bukan asli karena yang asli tertinggal di Badung Bali. Kedua kerajaan tersebut terus menjaga nilai historis dan sebagai bukti jika hubungan erat kedua kerajaan terus terjalin,” ucap Almalik Pababari.
Ritual disaksikan bersama dengan Raja Badung Bali, Raja Gowa, serta Galagar Pitu. Manurung yang dipangku oleh To Kayyang dari Padang dicuci atau dalam bahasa Mamuju disossor oleh Pabisara.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia