Antusiasme warga untuk menyaksikan fonomena gerhana matahari seharusnya diiringi dengan menjaga kesadaran menjaga kesehetan mata. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) meminta kepada warga untuk tidak menyaksikan secara langsung dengan mata telanjang fenomena gerhana matahari, Rabu (9/3/3016) besok.
Seperti dilansir www.kemkes.go.id, Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K), menganjurkan agar masyarakat tidak menatap langsung ke arah datangnya sinar matahari pada saat terjadi gerhana matahari.
"Cukup lihat pantulannya saja, atau gunakan kacamata yang benar-benar anti ultraviolet. Hati-hati, karena kacamata berwarna hitam, belum tentu memiliki anti ultraviolet," jelas Nila Farid Moeloek.
Nila Farid Moeloek menjelaskan, pada saat kita menatap ke arah GMT maka akan menyebabkan pupil membesar dan sinar UV akan masuk ke dinding retina (macula).
"Fenomena ini akan menyebabkan kerusakan pada retina mata bahkan mengalami kebutaan," katanya.
Di Kabupaten Majene sendiri, gerhana matahari terjadi tidak total seperti di Palu, Sulawesi Tengah. Prakirawan BMKG Majene, Setiawan mengungkapkan, gerhana matahari yang terjadi di Majene hanya sekitar 94%.
Gerhana matahari akan mengakibatkan wilayah Majene gelap pada puncak moment gerhana matahari. BMKG memprediksi, proses terjadinya gerhana matahari akan mulai pada pukul 07.16 sampai 09.26 Wita. (Irwan/ Foto : CNN Indonesia)