Penyampaian materi oleh dosen Unhas, Prof. Abd. Razak. Di antaranya mengemukakan 10 desa di Majene yang termasuk lokus desa stunting
Majene, mandarnews.com – 10 desa di Kabupaten Majene masuk dalam lokus desa stunting, yaitu Desa Pamboborang (Kecamatan Banggae), Desa Bonde Utara, Betteng, Banua Adolang, Adolang Dua, dan Pesuloang (Kecamatan Pamboang), Desa Pundau (Kecamatan Sendana), Desa Bambangan dan Salotahungan (Kecamatan Malunda), serta Desa Kabiraan (Kecamatan Ulumanda).
Hal tersebut dipaparkan dalam kegiatan seminar lokakarya (semiloka) yang bertemakan Studi Longitudinal 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan Publikasi Data Stunting sebagai Penguatan Pergerakan Intervensi Desa Lokus Stunting Tahun 2019, yang diselenggarakan di Ruang Pola Kantor Bupati Majene, Selasa (3/12/2019).
Hadir dalam kegiatan tersebut, Prof. DR. Abd. Razak Thaha, MSc, salah satu dosen senior dari Universitas Hasanuddin (Unhas) serta tim tenaga ahli dari Fasilitas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas.
Prof. Abd. Razak menyampaikan, stunting merupakan persoalan yang besar. Mengukur bayi saja untuk dapat dikatakan masuk dalam status stunting itu saja sulit.
“Kita tidak bisa langsung menentukan bahwa bayi itu masuk dalam kategori stunting sebabĀ dalam pengukuran perlu keahlian. Bisa saja saat diukur bayi bergerak, maka panjang ataupun tinggi badan bayi dapat berubah,” ucap Prof. Abd. Razak.
Menurutnya, penyebab utama terjadinya stunting adalah diare, sehingga tidak dianjurkan memberikan susu formula atau sejenisnya kepada bayi yang berusia di bawah lima tahun (balita) kecuali air susu ibu (ASI).
“Susu merupakan salah satu tempat bakteri berkembang lebih cepat dan menyebabkan diare. Saat diare, seluruh vitamin atau sumber protein dan zat lainnya keluar,” ujar Prof. Abd. Razak.
Ia menyarankan, pengukuran bayi dilakukan enam bulan sekali saja karena perkembangan pertumbuhan pada anak dapat dilihat secara signifikan pada saat itu.