Lima kepala keluarga di Desa Ahu, Kecamatan Tappalang Barat memilih tinggal di kandang sapi akibat trauma gempa bumi.
Mamuju, mandarnews.com – Enam belas hari pasca gempa magnitudo 6,2 SR di Mamuju dan Majene, sebagian besar masyarakat masih bertahan di tenda pengungsian. Bahkan, sebagian besar warga mengaku masih trauma dan takut pulang ke rumah.
Dijumpai mandarnews.com, lima kepala keluarga di Desa Ahu, Kecamatan Tappalang Barat memilih bertahan di kandang sapi akibat tak berani pulang ke rumahnya yang hancur akibat gempa pada Jumat, 15 Januari lalu.
Dua dari lima petak kandang sapi dirombak Hasmin (35) menjadi hunian sementara untuk keluarga besarnya yang berjumlah lima kepala keluarga.
“Saya minta izin kepada pemiliknya dan diberikan. Sebagian sapi kami pindahkan sementara untuk ditempati sejak gempa terjadi pada Jumat lalu,” kata Hasmin.
Berbaur dengan aroma tak menyenangkan selama 16 hari terakhir menjadi keseharian lima kepala keluarga tersebut. Untuk makan mereka mengaku terpaksa menahan bau tak sedap dari kotoran sapi yang ada di samping mereka.
“Ya apa boleh buat kalau makan, itu baunya ditahan saja,” ujar Hasmin.
Sementara ibu rumah tangga yang juga ipar Hasmin, Sinta (28) menuturkan, ada lima balita dan tiga lansia yang saat ini ikut menetap di kandang sapi berukuran 4 kali 3 meter itu.
Selain bau tak sedap, tidur di kandang sapi juga tentunya membuat keluarga tersebut berisiko terserang penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Pasalnya, kandang sapi adalah tempat yang disukai oleh binatang pengisap darah tersebut.
“Kalau malam nyamuk banyak sekali. Selain itu, ibu mertua saya juga saat ini sakit tapi kami masih takut ke tempat lain,” tutur Sinta.
Sinta dan keluarganya berharap agar keadaan segera membaik agar mereka bisa pulang ke rumahnya.
“Kalau saat ini kami berharap semoga cepat baik keadaannya. Selain itu keperluan mendesak adalah obat, beras, dan tenda untuk nanti dipasang di depan rumah,” tandas Sinta.
Berdasarkan pantauan mandarnews.com, sejumlah pemukiman sementara dan posko induk Desa Ahu telah mulai dibangun di lapangan desa.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia