Harga emas (XAU/USD) kembali menunjukkan penguatan setelah sempat berada di bawah tekanan jual selama beberapa sesi. Pada perdagangan Jumat (19/9), emas berhasil berbalik arah dengan kenaikan lebih dari 0,69%, meskipun Dolar AS juga menguat di sejumlah pasar. Aksi beli muncul saat harga menyentuh titik terendah mingguan di sekitar $3.630, yang kemudian mendorong harga naik hingga mencapai $3.670 pada sesi perdagangan Amerika Utara.
Menurut analisis Andy Nugraha dari Dupoin Futures Indonesia, formasi candlestick yang terbentuk bersama indikator Moving Average menegaskan tren bullish pada XAU/USD masih terjaga. Dari sisi teknikal, momentum kenaikan tetap dominan, dengan potensi melanjutkan penguatan bila tekanan beli bertambah. Andy menambahkan, bila tren naik bertahan kuat, emas berpeluang menembus level psikologis $3.700. Namun, jika harga gagal mempertahankan momentum, support terdekat berada di area $3.637.
Memasuki sesi Asia pada Senin (22/9), harga emas diperdagangkan stabil di kisaran $3.685. Kenaikan ini tidak terlepas dari keputusan Federal Reserve memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan September lalu. Pemangkasan pertama di tahun 2025 ini dilakukan di tengah tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja AS serta meningkatnya risiko ketenagakerjaan, meskipun inflasi masih relatif tinggi.
Kebijakan moneter yang lebih longgar tersebut dinilai sebagai faktor pendukung bagi harga emas. Penurunan suku bunga menurunkan biaya peluang dalam memegang emas sebagai aset tanpa imbal hasil sehingga daya tarik logam mulia meningkat. Namun, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell bahwa pemangkasan dilakukan sebagai langkah “manajemen risiko” dan akan berlanjut secara bertahap memberi sinyal bahwa siklus pelonggaran kemungkinan tidak secepat harapan pasar. Hal ini bisa membatasi reli emas karena Dolar AS berpotensi kembali mendapat dukungan.
Selain faktor suku bunga, ketegangan geopolitik juga menjadi sorotan. CNN melaporkan bahwa Rusia melancarkan serangan besar-besaran menggunakan rudal dan drone ke Ukraina pada akhir pekan, yang memperburuk situasi di Eropa Timur. Ditambah dengan konflik di Timur Tengah, permintaan terhadap aset safe-haven seperti emas tetap terjaga.
Meski demikian, penguatan Dolar AS juga menjadi faktor yang patut diperhatikan. Indeks Dolar (DXY) naik 0,26% ke level 97,61, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun meningkat 2,5 basis poin ke posisi 4,137%. Kenaikan imbal hasil riil AS sebesar hampir 3 basis poin ke 1,757% bisa memberi tekanan jangka pendek pada emas. Namun, sebagian besar pelaku pasar masih melihat potensi penguatan XAU/USD, terutama dengan ekspektasi bahwa The Fed kembali memangkas suku bunga pada pertemuan Oktober mendatang, dengan probabilitas 91% untuk penurunan sebesar 25 basis poin.
Secara keseluruhan, prospek emas saat ini masih condong ke arah bullish dengan target utama di level $3.700. Kendati demikian, investor tetap perlu mewaspadai kemungkinan koreksi teknikal bila tekanan jual meningkat. Dengan dukungan faktor teknikal dan sentimen global yang sarat ketidakpastian, emas tetap menjadi salah satu pilihan utama investor di tengah gejolak pasar.
Artikel ini juga tayang di VRITIMES