Dusun Aholeang Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene. (Foto: Dicky).
Majene, mandarnews.com – Setelah satu bulan lebih gempa bumi mengguncang Sulawesi Barat (Sulbar), khususnya Kabupaten Majene, banyak warga yang meminta agar tempat tinggalnya direlokasi.
Yang paling bersikeras untuk direlokasi adalah warga Dusun Aholeang dan Rui Desa Mekkatta, Kecamatan Malunda, Majene.
Warga Aholeang meminta direlokasi karena sudah takut untuk kembali ke Aholeang. Alasannya, karena mereka sudah tidak nyaman lagi tinggal di sana. Mereka takut suatu waktu terjadi gempa susulan yang bisa saja menimbulkan dampak lebih dari yang terjadi sebelumnya.
Menurut Jumaluddin selaku warga Aholeang, gempa bertubi-tubi kemarin dengan puncak 6,2 magnitudo membuat beberapa rumah hancur dan terjadi longsor hingga menimbun sebagian rumah dan tiga orang warga belum ditemukan hingga saat ini.
“Ketakutan mendalam dari kami bukan tanpa sebab. Pasalnya, pemukiman Dusun Aholeang merupakan kampung yang berada di atas gua,” ujar Jumaluddin.
Ia menjelaskan, sejak sekitar tahun 1969 nenek moyang mereka sudah tinggal di Desa Aholeang dan dari generasi ke generasi hingga saat ini masih ada yang tinggal di sana. Namun, setelah gempa hampir semua warga mengungsi dan sudah enggan kembali.
“Mereka takut lama kelamaan Aholeang akan tenggelam karena gua yang ada di sana cukup banyak,” tandas Jumaluddin.
Sebelum terjadinya gempa, lanjutnya,, dari awal sudah banyak warga yang mengatakan agar tidak mengadakan perkampungan di Aholeang karena lokasinya berada di atas gua.
“Cuma pertimbangan saat itu tidak ada tempat lain yang digunakan untuk mengadakan perkampungan hingga menetaplah di situ,” sebut Jumaluddin.
Meski berada di atas gua, tambahnya, tapi di Aholeang cukup subur. Jumaluddin menuturkan jika hasil alam seperti kemiri, cokelat, ditambah pohon buah seperti durian dan lansat mencukupi.
“Letaknya di atas gua tetapi seperti di tempat biasanya,” ucap Jumaluddin.
Ia menyampaikan, gua yang ada di di Aholeang lebih dari sepuluh sehingga ia betul-betul khawatir kembali ke sana.
Jumaluddin bersama warga setempat berharap agar secepatnya pemerintah mengambil langkah untuk melakukan relokasi karena warga saat ini masih bertahan di pengungsian yang ada di Bukit Samalio, Mekkatta.
Dalam peristiwa gempa bumi, tidak hanya Aholeang yang meminta direlokasi tapi ada total 15 dusun yang meminta direlokasi.
Sementara Dicky, salah satu pecinta alam dari Majene yang menjajaki Desa Aholeang pasca gempa mengaku jika kondisi gua yang berada di Desa Aholeang berbeda-beda. Ada yang kondisi guanya agak horizontal dan ada juga yang vertikal.
“Ada sekitar sepuluh yang telah dijajaki, ada yang berair ada juga yang tidak. Kalau yang berair terdapat ikan dan udang dengan kedalaman sekitar leher orang dewasa bahkan lebih,” pungkas Dicky. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia