Titin Sumarni, pemilik warung makan Mbak Tin di Pasar Sentral Majene.
Majene, mandarnews.com – Sejak dilakukannya pencabutan Harga Eceran Tertinggi (HET) pada minyak goreng kemasan yang kemudian merujuk pada mekanisme pasar dan pemberian subsidi minyak goreng curah dengan HET Rp14.000,- membuat ketersediaan minyak goreng curah menjadi sangat terbatas. Sementara itu, harga minyak goreng kemasan semakin menggila.
Kondisi ini membuat sejumlah konsumen dengan berbagai profesi, termasuk para penjual makanan dan warung, merengek.
Titin Sumarni misalnya, pemilik warung makan Mbak Tin di Pasar Sentral Majene ini menyampaikan, sulitnya minyak curah dan mahalnya minyak goreng kemasan membuat ia harus mengurangi produksi makanan yang digoreng, seperti kerupuk pelengkap makanan dan bakwan sebagai penambah lauk.
Tak terbayangkan, kondisi ini pun berpengaruh pada turunnya daya jual yang secara otomatis berimbas pada turunnya omzet pendapatan sehari-hari yang mengalami penurunan drastis.
Kemerosotan omzet pendapatan dirasakan Sumarni turun 50 hingga 70 persen dari hari sebelumnya saat mereka masih menyediakan sejumlah makanan yang digoreng.
“Sudah lama sebenarnya kami keluhkan ini, cuma kemarin masih ada solusi dengan adanya minyak goreng curah. Namun, saat ini minyak goreng curah pun sudah tidak ada sehingga tidak ada lagi solusi karena minyak kemasan sangat mahal, makanya kami berhenti bikin bakwan atau kurangi produksi makanan digoreng,” jelas Sumarni, Rabu (23/3).
Ia pun berharap, pemerintah lebih serius lagi merespons permasalahan yang terjadi saat ini sehingga ketersediaan dan harga minyak goreng dapat stabil, baik curah maupun kemasan sehingga nantinya bisa menjual makanan dengan normal kembali.
“Kami juga sudah upayakan produksi bakwan tanpa menggoreng melainkan merebus, tetapi daya beli masyarakat sangat rendah. Konsumen tanya bakwan, karena bakwan tidak ada keluar lagi, jadi nasi tidak laku kalau tidak ada gorengannya,” ujar Sumarni.
Salmiah, pedagang yang bisanya menjual banyak minyak goreng curah mengaku, selama sepekan terakhir sudah tidak pernah lagi menerima pasokan dari distributor.
Padahal menurut Salmiah, bisanya dalam sekali permintaan sebelum dilakukannya subsidi, barang langsung tersedia, bahkan mencapai satu hingga dua drum.
“Kemarin-kemarin kalau kita pesan barang langsung tersedia, bahkan per drumnya masih Rp2 juta, sekarang sudah tembus Rp3 juta. Tapi barang lagi kosong, betul-betul tidak ada,” ungkap Salmiah.
Ia juga menambahkan bahwa tidak hanya satu dua pedagang saja yang terancam tutup dikarenakan gejolak minyak goreng saat ini. Salmiah pun mengaku mendapat berbagai keluhan dari masyarakat berbagai profesi.(Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia