Mamuju, mandarnews.com – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wilayah Sulawesi Barat (Sulbar) akan menyelenggarakan pelatihan literasi berita (news literacy training) dengan dukungan dari Cek Fakta dan Google News Initiative pada Selasa-Rabu (30-31/8).
Anhar, Ketua AMSI Wilayah Sulbar mengatakan, media merupakan sumber informasi yang penting bagi publik di belantara info demi informasi. Perannya diperlukan sebagai clearing house di antara banyaknya mis/disinformasi yang beredar di media sosial (medsos).
“Publik perlu mendapatkan pengetahuan dan edukasi atau literasi bagaimana memanfaatkan informasi media sebagai pembanding informasi. Diharapkan pelatihan yang dilaksanakan meningkatkan pemahaman publik terhadap pers, termasuk mekanisme kerja pers dan jurnalisme. Kemudian mampu meningkatkan kesadaran akan kekuatan media dalam sebagai rujukan informasi di belantara infodemik informasi, serta meningkatkan keterampilan masyarakat mengidentifikasi dan melawan mis/disinformasi,” kata Anhar, Senin (29/8), di Mamuju.
Selain itu, melalui pelatihan ini agar masyarakat lebih kritis dalam menerima informasi dan dapat mendorong para jurnalis dan pemilik perusahaan media juga terpacu untuk meningkatkan pemberitaan yang sesuai dengan kaidah jurnalistik serta terlibat aktif melawan sebaran hoaks atau informasi bohong yang dampaknya cukup besar dan merusak sendi-sendi sosial, bahkan memengaruhi kebijakan.
Anhar yang juga trainer menyampaikan akan ada tujuh materi yang diterima peserta. Training ini mengadopsi kurikulum yang dirumuskan oleh Associate Professor di University of Hong Kong Masato Kajimoto yang telah disesuaikan kondisi di Indonesia.
Masato Kajimoto merupakan pendiri Asian Network of News and Information Educators (ANNIE) yang berbasis di Hongkong. ANNIE sendiri merupakan sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mengembangan materi pembelajaran, mendiskusikan media dan jurnalisme berbasis pertanyaan dan petunjuk yang ada.
Sekretaris AMSI Wilayah Sulbar Busman Rasyid menyampaikan, peserta terbatas pada pelatihan ini, mengundang 30 orang dari berbagai latar belakang seperti tokoh pemuda, mahasiswa, jurnalis, pendidik, kehumasan instansi/organisasi perangkat daerah (OPD), lembaga swadaya atau organisasi yang memiliki potensi menjadi ujung tombak penyebarluasan literasi media. (Rls)