Bendahara SMPN 2 Sendana, Helmia mengaku belum menyerahkan beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) kepada siswa penerima dengan alasan sibuk. Helmia juga beralasan, dana tersebut belum diserahkan karena perintah Kepala Sekolah, Andi Arsia. Sebagian uang tersebut juga telah diserahkan kepada Andi Arsia.
"Belum diserahkan (kepada siswa penerima) karena sibuk urus ujian dan semester siswa, operator juga sibuk tapi sudah kuserahkan ke kepala sekolah Rp. 3.500.000 untuk pembayaran baju kaos. Sisanya masih saya simpan secara utuh. Kalau uang untuk baju batik belum diserahkan uangnya karena masih ditangani bu Aslamia dan kepala sekolah," katanya.
Keterlambatan penyerahan beasiswa, lanjut Helmia lantaran dana untuk pembayaran baju batik dan kaos belum jelas karena harga satuan baju tersebut tidak diketahui. Padahal sebelumnya, pihak sekolah juga sudah sering kali melakukan pengadaan baju batik dan kaos.
Helmia juga beralasan, pencairan di BRI juga mengalami keterlambatan. Ia juga tidak mengingat secara detail kapan pencairan tersebut dilakukan. Ia berjanji akan segera menyerahkan dana beasiswa beserta baju batik dan kaos tersebut setelah semua administrasi selesai. Sebelumnya, lanjut Helmia, pihak sekolah juga telah menyerahkan beasiswa ke 110 siswa Januari lalu tapi 23 siswa lainnya belum menerima karena terkendala pencairan.
Saat dikonfirmasi mengenai dugaan pemalsuan tanda tangan, Kepala SMPN 2 Sendana, Andi Arsia menampik tudingan tersebut. "Tidak pernah saya palsukan tanda tangan karena saya tahu akibatnya. Bisa saya diuji karena saya takut berbohong, saya takut tuhan dan hukum. Karena ini sudah saya serahkan sepenuhnya kepada bendahara (Helmia)," katanya.
Kasus ini mulai terungkap saat salah satu salah satu anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelompok Independen Pencari Fakta Republik Indonesia (KIPFA-RI), Mustari menerima laporan warga. Mustari juga telah melaporkan dugaan penggelapan ini ke Polres Majene.
Salah satu orang tua siswa, Sapruddin membenarkan hal tersebut. Ia mengaku anaknya, Aco Ardiansyah belum terima beasiswa dan menuding pihak sekolah melakukan pemalsuan tanda tangan istri dan anaknya untuk mencairkan dana beasiswa tersebut di BRI. (Irwan/Foto:Pojoksatu.id)