
Truk mengantri untuk melakukan pengisian bahan bakar minyak jenis bio solar, Sabtu (12/3) malam di SPBU Rangas, Majene.
Majene, mandarnews.com – Kurangnya ketersediaan bio aolar di Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, kembali dirasakan dan dikeluhkan oleh sejumlah sopir truk.
Salah satu sopir truk yang ikut merasakan susahnya ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) jenis bio solar adalah Padli.
Padli yang merupakan sopir truk Majene ini mengaku, kelangkaan solar mulai dirasakan sejak awal Februari 2022.
“Sebenarnya sudah lama dirasakan sekitar November 2021, hanya saja pernah normal dan sejak Februari 2022 mulai langka kembali,” jelas Padli, Sabtu (12/3) malam.
Sopir truk pengangkut bahan material ini menyampaikan, sulitnya memperoleh BBM bio solar membuat sejumlah pekerjaan menjadi terhambat.
“Otomatis kalau solar langka ya pekerjaan jadi terhambat karena di mana-mana kami butuh bahan bakar, sementara untuk penggunaan dexlite menurut kami masih sangat mahal,” ujar Padli..
Ia sendiri menyebutkan, saat ini belum bisa beralih penggunaan dari bio solar ke dexlite karena pendapatan yang diperoleh pas-pasan.
“Mungkin kalau dexlite belum bisa karena modal bakal habis di biaya bahan bakar, sementara kebutuhan kehidupan sehari-hari juga semakin meningkat, belum lagi naiknya harga minyak goreng,” kata Padli.
Ia sudah mulai mengantri sekitar pukul 20:00 dan baru memperoleh solar sekitar pukul 23:00 Wita.
“Sudah berjam-jam (mengantri), masih mending bagi kami karena baru sekitar 3 jam tapi lainnya seperti sopir ekspedisi itu sejak pagi,” ucap Padli.
Selain kelangkaan solar, Padli juga mengeluhkan para pengisi jerigen yang menambah waktu antrian yang terkadang mencuri waktu pengisian meski telat datang.
Meski demikian, ia tetap bersyukur karena kelangkaan solar tidak berimbas pada naiknya harga, yakni tetap normal di harga lima ribu seratus lima puluh rupiah per liternya.
Hal sama juga disampaikan oleh sopir truk lainnya seperti Andri. Ia mengaku telah mengantri di SPBU Rangas Majene sejak pukul 10:00 pagi dan baru bisa mendapatkan solar pada 23:00 Wita.
“Jelas terganggu aktivitas kami Pak. Kasihan, barang yang harusnya sudah tiba jadi ter-pending karena hanya untuk pengisian BBM seharian,” jelas sopir pengangkut beras ekspedisi Makassar-Palu tersebut.
Ia pun berharap agar pemerintah memberikan solusi terkait kurangnya ketersediaan solar dengan menambah jatah SPBU setempat sehingga tidak menimbulkan antrian panjang yang merugikan para sopir.
Sementara itu, diketahui sejak beberapa bulan lalu, jatah SPBU dikurangi yang tadinya 16.000 liter menjadi 8.000 liter dalam setiap pengisian.
Sementara jatah 8.000 liter dalam setiap pengantaran hanya bertahan sekitar lima jam.
Karyawan SPBU juga menuturkan, jadwal kedatangan sudah diatur hanya lima kali dalam seminggu, Selasa dan Jumat tidak ada pengantaran.
Setiap warga yang melakukan pengisian BBM juga maksimal dapat melakukan pembelian Rp500.000,- atau sekitar 100 liter.
Akibat kelangkaan solar ini, antrian panjang pun terjadi di SPBU Rangas dan mengular hingga jalan trans Sulawesi lintas barat. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia