Warga antri berdesak-desakan untuk mendapatkan minyak goreng.
Majene, mandarnews.com – Puluhan warga Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, rela antri berjam-jam bahkan harus berkerumun dan berdesak-desakan hingga mengabaikan protokol kesehatan (prokes) hanya untuk mendapatkan minyak goreng.
Pemandangan ini terlihat hampir di depan semua toko besar yang ada di Pasar Sentral Majene, Jumat (11/3).
Kerumunan pun tak terhindarkan karena warga berlomba-lomba mengumpulkan persyaratan mengambil minyak agar bisa lebih awal dilayani. Beberapa warga terlihat ada yang menggunakan masker namun ada juga yang tidak.
Marwiah, warga Lingkungan Salabose Kelurahan Pangali-ali, Kecamatan Banggae, mengaku harus antri dan berdesak-desakan hingga berjam-jam hanya untuk mendapatkan minyak goreng.
Hal ini ia rela lakukan untuk mendapatkan kebutuhan minyak goreng, sebagai salah satu kebutuhan dasar dapur.
“Sejak pukul 7 pagi kami di sini, pukul 10 baru dimulai pembagiannya,” ungkap Marwiah.
Ibu dua anak tersebut menyampaikan keluhannya terkait kelangkaan minyak goreng selama ini, setelah sebulan lebih pemerintah menetapkan satu harga.
“Kemarin susah didapatkan, sehingga kami terpaksa harus betul-betul mengatur penggunaan minyak,” jelas Marwiah usai mendapatkan minyak goreng di toko Usaha Berkah.
Ia pun melihat, justru selama penetapan satu harga oleh pemerintah, minyak kian langka dan semakin banyak merek minyak goreng muncul yang harganya jauh lebih tinggi.
“Makanya kami bersyukur dengan adanya ini meskipun harus berdesak-desakan karena selama ini harga minyak goreng yang ada sangat mahal dan itu berat bagi kami,” tandas Marwiah.
Ia pun berharap agar ke depan pemerintah bisa jauh lebih baik lagi memberikan solusi terkait melambungnya harga minyak dan langkanya minyak goreng satu harga.
Dalam pembelian minyak kali ini, warga harus membawa fotokopi Kartu Keluarga dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk kepala keluarga sebagai persyaratan. Setiap orang pun hanya bisa mendapatkan maksimal dua liter. Tetapi, harga yang diberikan tiap toko juga bervariasi.
(Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia