
Penulis : Hendra Wahid.
Selama bertahun-tahun, Iran menjadi bulan-bulanan fitnah dan cemoohan. Banyak yang menuduhnya hanya jago retorika, hanya memamerkan rudal, tapi tak pernah berani menembakkannya. Iran dikatai hanya mencari panggung, dituduh Syiah sesat, dan dianggap musuh dalam selimut oleh sebagian umat yang merasa paling suci. Tapi ketika dunia Islam hanya berani mengecam lewat mikrofon dan seminar, Iran justru membalas lewat langit.
Serangan rudal langsung ke wilayah Israel bukan sekadar tindakan militer. Itu adalah pesan yang jelas dan berani bahwa darah umat tak akan selamanya murah, bahwa ada negara yang tidak hanya bicara tapi juga bertindak. Dan tindakan itu bukan hasil emosi sesaat tapi bagian dari langkah strategi panjang karena Iran tidak bermain tinju, Iran bermain catur.
Dalam tinju, yang paling kuat adalah yang paling cepat memukul. Tapi dalam catur, yang menang adalah yang sabar membaca gerakan lawan, menggiring, memancing, dan mengeksekusi dengan presisi. Iran tahu siapa musuh sesungguhnya, siapa dalang di balik layar, dan siapa yang hanya pura-pura netral. Serangan itu bukan puncak kekuatan, itu baru bidak pembuka. Senjata utama belum keluar, rudal yang diluncurkan itu hanyalah peringatan.
Dan inilah yang banyak tidak dipahami oleh mereka yang sudah terbiasa hidup dalam narasi sektarian. Ini bukan soal sekte ini bukan soal Syiah atau Sunni, ini tentang keberanian melawan penindasan. Iran bisa saja berbeda mazhab tapi ketika mayoritas dunia Islam diam membisu, Iran bergerak. Ketika yang lain sibuk menghakimi iman orang lain, Iran memilih membela darah dan martabat umat.
Apa yang dilakukan Iran seharusnya menjadi pelajaran, bukan bahan cemoohan. Karena hari ini, yang dicemooh justru yang bertindak. Yang difitnah justru yang paling berani. Dan yang merasa paling benar diam seribu bahasa.
Kini dunia tahu, Iran bukan sekadar suara dari Teheran. Ia adalah pesan dari sejarah bahwa dalam setiap zaman selalu ada yang berani berdiri ketika yang lain memilih berlutut.
Dan bagi yang mengira semuanya telah selesai, mereka salah besar. Ini belum akhir, ini baru babak pembuka. Langkah pertama dari permainan panjang yang telah Iran siapkan dengan kepala dingin dan hati menyala. (*)