Kelompok pengolahan ikan terbang kering mempraktekkan penggunaan inovasi alat yang dibuat tim pengabdian dari Unsulbar dan Unhas, Minggu (27/8).
Majene, mandarnews.com – Setelah berhasil memperkenalkan inovasi alat pengasapan sederhana tepat guna kepada kelompok masyarakat pengolahan ikan asap di Kelurahan Mosso, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, kali ini tim pengabdian Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) pemberdayaan desa binaan (PDB) kembali memperkenalkan sebuah inovasi alat pengeringan berbasis solar dryer.
Ketua Tim PDB Dr. Muhammad Nur mengatakan, kegiatan ini merupakan program pengabdian kepada masyarakat yang didanai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui skema PDB.
“Ini bertujuan membantu program pemerintah Kelurahan Mosso untuk menjadi sentra pengolahan ikan terbang kering (tuing-tuing) yang maju dan membantu masyarakat meningkatkan kapasitas usaha dan kualitas produk ikan kering melalui pemanfaatan inovasi alat pengeringan berbasis solar dryer,” jelas Muhammad Nur atau yang akrab disapa Nur, Minggu (27/8).
Menurut Nur, alat pengeringan ikan terbang berbasis solar dryer untuk home industri yang ekonomis dan higienis. Pengeringan solar dryer memanfaatkan energi surya untuk mengoptimalkan penggunaan sinar matahari dengan cara mengonversi sinar matahari menjadi energi panas menggunakan alat pengumpul panas.
“Konstruksi bangunan yang terbilang sederhana dan mudah dibuat, tidak menggunakan listrik sehingga ramah lingkungan, biaya pembuatan yang murah, kualitas produk terjamin dan higienis karena mengurangi kontaminasi dari udara langsung. Produk yang dihasilkan lebih awet, rasa khas, dan kenampakan produk lebih menarik,” tandas Nur yang juga merupakan dosen program studi Perikanan Unsulbar.
Sementara itu, dosen Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr. Fahrul, S.Pi., M.Si yang menjadi pemateri dalam kegiatan ini menyebut, dalam membuat suatu produk perlu memperhatikan Standar Operating Procedure (SOP) dan Standar Sanitation Operational Procedure (SSOP). Hal ini dilakukan agar produk ikan terbang kering menjadi berkualitas.
“Langkah-langkah dalam pengolahan ikan kering sesuai SOP antara lain yaitu pemilihan bahan baku ikan yang segar, proses pencucian dengan baik, penggaraman, pengeringan, dan pengemasan. Ini bertujuan agar produk yang dihasilkan berkualitas dan bernilai jual tinggi,” imbuh Dr. Fahrul.
Dosen Fakultas Ekonomi Unsulbar Wulan Ayuandiani, SE., MM dan Muhammad Mukram, S.Pd., M.Ak yang juga ikut memberi materi menambahkan, dalam melakukan usaha pengeringan ikan terbang perlu melakukan manajemen usaha, yaitu terkait dengan analisa keuangan usaha ikan terbang kering.
Hal ini bertujuan untuk mengatur kondisi usaha, pemasukan, dan pengeluaran usaha, untung rugi usaha tercatat sehingga pendapatan usaha dapat terkelola dengan baik.
“Untuk produk ikan terbang kering perlu dikemas dengan kemasan dan label yang baik agar menarik konsumen atau pembeli. Selain itu, perlu dicoba materi pemasaran yang lain, yaitu pemasaran digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya skala lokal saja,” tambah Syainullah Wahana, S.Pi., M.Si yang juga hadir sebagai pemateri.
Dengan adanya kegiatan ini, kelompok masyarakat pengolahan ikan kering mengucapkan terima kasih kepada tim pengabdian masyarakat yang terdiri dari Unsulbar dan Unhas yang terus membantu masyarakat setempat dalam meningkatkan kemampuan, kulitas, dan kapasitas produksi serta upaya pengembangan Mosso sebagai sentra pengolahan ikan asap dan ikan terbang kering melalui inovasi teknologi, diversifikasi produk, dan penataan kawasan. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia