Kemanapun anda pergi, mata akan selalu menemukan batu, baik di sungai, gunung atau bahkan di laut. Tapi batu milik Ahmad, warga Kampung Baru, Ba’babulo Kecamatan Sendana Kabupaten Majene, benar-benar berbeda.
Batu ini didapatkan bertepatan Lebaran Haji 2013 di belakang rumahnya di tepi laut.
Ketika Ahmad ke pantai untuk membuang hajat karena WC di rumahnya lagi buntu, ia memungut sebongkah batu. Batu itu menarik perhatiannya karena berkilap-kilap dan memiliki bentuk yang tidak lazimnya sebuah batu.
Ahmad bermaksud menjadikan batu itu batu perhiasan dengan mengasahnya dalam bentuk kecil-kecil laiknya permata cincin.
Tapi niat itu dibatalkan, ia pikir lebih baik tetap menjaga keutuhan bentuk dari batu itu, toh juga bisa menjadi hiasan.
Ahmad yang bekerja sehari-harinya beternak kambing, kemudian meletakan batu sebesar kepala bayi baru lahir itu di rak keci; terbuka di dapur. Tidak jadi dimasukkan ke kaca. Berbulan-bulan batu tersebut di simpan dan menganggap batu itu sebagai perhiasan. Belum ada tanda-tanda berkhasiat.
Suatu ketika, istri Ahmad menggoreng pisang dan tanpa sengaja pisang goreng yang sedang dipegangnya jatuh tepat mengenai batu hiasan itu. Istri Ahmad memungut pisng gorengnya lalu dimakan dan merasakan pisang goreng terasa pahit sekali.
Ahmad berkisah, batu miliknya itu pernah dilihat seseorang yang mengaku dosen di salah satu universitas ternama di Makassar, sayang Ahmad tidak mengetahui nama dan tempat mengajar sang dosen. Kata dosen itu, batu miliknya ini hanya satu ada di dunia.
Dosen itu pulalah yang pertama kali mencoba meminum air dari hasil rendaman batu tersebut.
“Sebenarnya Saya belum yakin dari hasil perkataan dosen itu, bahwa batu ini berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit,” aku Ahmad.
Tapi setelah ia memberi minum air rendaman batu kepada kambingnya yang lumpuh, seketika itu juga kambingnya bisa berdiri.
Dari pengalaman memberi minum kambing itulah diketahui batu miliknya berkhasiat. Berita itu pun tersebar dari mulut ke mulut sehingga rumah Ahmad ramai dikunjungi untuk mengambil air rendaman batu temuan Ahmad. Mereka datang dari berbagai penjuru di Sulawesi Barat.
Untuk mendapat air berkhasiat, caranya sangat mudah. Yang membutuhkan hanya datang membaya air mineral ke rumah Ahmad. Lalu Ahmad menuangkan air tersebut ke dalam baskom yang didalamnya terdapat batu berkilau sebesar kepala bayi baru lahir.
Setelah air mineral bercampur batu, Ahmad kemudian mengaduk-aduk air dalam baskom. Setelah itu, air mineral kembali dibotolkan dengan botol semula. Si yang membutuhkan sudah dapat membawa pulang air berkhasiat.
Apakah Ahmad mematok bayaran ? Tidak. Bahkan Ahmad tidak meminta tapi tidak menolak jika ada yang memberi uang sebagai tanda terima kasih.
Salah seorang warga Sendana, Muhiddin, mengaku telah memanfaatkan air dari rendaman batu milik Ahmad dan merasakan khasiatnya karena sembuh dari sakit maag yang dideritanya.
Penulis juga sudah meminum air rendaman batu ini. Rasanya pahit. Pahitnya hampir sama dengan tanaman merambat yang sudah biasa dijadikan obat di negeri ini. Namanya Sambiloto.
Cuma ada bedanya. Jika rasa pahit Sambiloto akan alam terasa dibibir dan di lidah (lama baru hilang) tapi air rendaman batu ajaib ini hanya terasa ketika minum saja. Rasa pahitnya ikut tertelah atau langsung menghilang ketika air sudah masuk ke perut.
Jika diperhatikan secara seksama, terlihat salah satu bagian batu tersebut secara jelas ada terbentuk lafadz Allah.(Haslan)
Batu ini didapatkan bertepatan Lebaran Haji 2013 di belakang rumahnya di tepi laut.
Ketika Ahmad ke pantai untuk membuang hajat karena WC di rumahnya lagi buntu, ia memungut sebongkah batu. Batu itu menarik perhatiannya karena berkilap-kilap dan memiliki bentuk yang tidak lazimnya sebuah batu.
Ahmad bermaksud menjadikan batu itu batu perhiasan dengan mengasahnya dalam bentuk kecil-kecil laiknya permata cincin.
Tapi niat itu dibatalkan, ia pikir lebih baik tetap menjaga keutuhan bentuk dari batu itu, toh juga bisa menjadi hiasan.
Ahmad yang bekerja sehari-harinya beternak kambing, kemudian meletakan batu sebesar kepala bayi baru lahir itu di rak keci; terbuka di dapur. Tidak jadi dimasukkan ke kaca. Berbulan-bulan batu tersebut di simpan dan menganggap batu itu sebagai perhiasan. Belum ada tanda-tanda berkhasiat.
Suatu ketika, istri Ahmad menggoreng pisang dan tanpa sengaja pisang goreng yang sedang dipegangnya jatuh tepat mengenai batu hiasan itu. Istri Ahmad memungut pisng gorengnya lalu dimakan dan merasakan pisang goreng terasa pahit sekali.
Ahmad berkisah, batu miliknya itu pernah dilihat seseorang yang mengaku dosen di salah satu universitas ternama di Makassar, sayang Ahmad tidak mengetahui nama dan tempat mengajar sang dosen. Kata dosen itu, batu miliknya ini hanya satu ada di dunia.
Dosen itu pulalah yang pertama kali mencoba meminum air dari hasil rendaman batu tersebut.
“Sebenarnya Saya belum yakin dari hasil perkataan dosen itu, bahwa batu ini berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit,” aku Ahmad.
Tapi setelah ia memberi minum air rendaman batu kepada kambingnya yang lumpuh, seketika itu juga kambingnya bisa berdiri.
Dari pengalaman memberi minum kambing itulah diketahui batu miliknya berkhasiat. Berita itu pun tersebar dari mulut ke mulut sehingga rumah Ahmad ramai dikunjungi untuk mengambil air rendaman batu temuan Ahmad. Mereka datang dari berbagai penjuru di Sulawesi Barat.
Untuk mendapat air berkhasiat, caranya sangat mudah. Yang membutuhkan hanya datang membaya air mineral ke rumah Ahmad. Lalu Ahmad menuangkan air tersebut ke dalam baskom yang didalamnya terdapat batu berkilau sebesar kepala bayi baru lahir.
Setelah air mineral bercampur batu, Ahmad kemudian mengaduk-aduk air dalam baskom. Setelah itu, air mineral kembali dibotolkan dengan botol semula. Si yang membutuhkan sudah dapat membawa pulang air berkhasiat.
Apakah Ahmad mematok bayaran ? Tidak. Bahkan Ahmad tidak meminta tapi tidak menolak jika ada yang memberi uang sebagai tanda terima kasih.
Salah seorang warga Sendana, Muhiddin, mengaku telah memanfaatkan air dari rendaman batu milik Ahmad dan merasakan khasiatnya karena sembuh dari sakit maag yang dideritanya.
Penulis juga sudah meminum air rendaman batu ini. Rasanya pahit. Pahitnya hampir sama dengan tanaman merambat yang sudah biasa dijadikan obat di negeri ini. Namanya Sambiloto.
Cuma ada bedanya. Jika rasa pahit Sambiloto akan alam terasa dibibir dan di lidah (lama baru hilang) tapi air rendaman batu ajaib ini hanya terasa ketika minum saja. Rasa pahitnya ikut tertelah atau langsung menghilang ketika air sudah masuk ke perut.
Jika diperhatikan secara seksama, terlihat salah satu bagian batu tersebut secara jelas ada terbentuk lafadz Allah.(Haslan)