Korban Banjir. Salah satu korban banjir, Amiluddin berdiri di bekas lokasi warung miliknya yang terjatuh ke pinggir sungai karena banjir, Rabu 6 Desember 2017.
Majene, mandarnews.com – Sore itu, Selasa 5 Desember 2017 hujan mengguyur Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat (Sulbar). Seperti biasa, Amiluddin (39 tahun) berada di warung miliknya menunggu pembeli dekat Jembatan Bambangan, Desa Bambangan, Kecamatan Malunda.
Ketika itu, Amiluddin sedang memasak mie instan. Sungai yang berada dibawah jembatan seolah tidak mengalir karena ditahan bendungan di Desa Kayuangin yang letaknya sekitar 3 kilo meter dari jembatan.
- Baca juga : Banjir Malunda
Hujan pun semakin deras. Tiba-tiba Sungai Deking meluap. Amiluddin pun panik dan sigap mengambil dompet yang berisi uang hasil penjualannya.
Kemudian, ia bergegas menyelamatkan anak-anaknya yang berada di rumahnya yang berada di belakang warung tersebut. Lalu, Amiluddin dan anaknya berlari ke tempat yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri.
Warungnya kemudian terseret banjir hingga jatuh ke pinggir sungai. Seluruh jualannya beserta seluruh isi warung habis tersapu banjir.
“Tidak bisa apa-apa, saya bersama anakku hanya bisa melihat kejadian karena tidak ada yang bisa membantu. Sementara tidak ada orang,” kata Amiluddin, Rabu 6 Desember 2017 kemarin.
Selain warung milik Amiluddin, warung milik warga lainnya juga nyaris terbawa banjir. Beruntung sempat diikat ke pohon dan hanya bergeser dari tempatnya.
Bukan hanya warung, puluhan rumah warga Desa Bambangan juga tergenang banjir. Peristiwa terparah pada pemukiman dekat jembatan. Sedikitnya tiga rumah tergenang banjir hingga 1,5 meter.
“Tapi apa boleh buat karena bukan kita punya kemauan, kita serahkan saja kepada tuhan,” ucap Amiluddin, pasrah.
Kesedihan Amiluddin bertambah karena dana yang dipakai bangun warung adalah hasil pinjaman dari bank bulan November lalu. Kini ia pusing tidak tahu harus ambil uang dimana untuk membayar angsuran Rp 795 ribu per bulan selama tiga tahun ke depan.
Selain itu, Amiluddin menyesalkan pemerintah atas peristiwa ini. Sebab, penyebab banjir adalah Bendungan Kayuangin. Setiap kali hujan dan kondisi bendungan penuh terisi air, pasti Dusun Bambangan, Desa Bambangan tergenang air.
Padahal, kata Amiluddin, warga Desa Bambangan telah menolak pembangunan bendungan tersebut sejak awal. Tapi pemerintah tetap membangun hingga selesai dan warga Desa Bambangan menjadi korban. Ia menilai, pemerintah semau-maunya membangun bendungan tanpa memikirkan nasib masyarakat.
“Kami kasian masyarakat, apa yang pemerintah mau musti kami ikuti. Kami masyarakat tidak mampu berbuat apa-apa. Dia lihat sudah ini peristiwa. Harusnya kami dibantu karena kami menderita,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Bambangan, Saifuddin menyebutkan, pihaknya bersama warga telah beberapa kali melakukan aksi demo besar-besaran menolak pembangunan bendungan sejak tahun 2013.
Pasalnya, sejak awal mereka sudah memprediksi bendungan akan berdampak ke Desa Bambangan. Namun upaya tersebut tidak berhasil.
“Bisa disaksikan kan karena air seolah-olah tidak mengalir. Ketika hujan deras yang harusnya air mengalir lancar ke hilir, sekarang terhalang bendungan. Ya dampaknya lari kesini,” sebut Saifuddin.
Oleh karena itu, Pemerintah Desa Bambangan akan melayangkan surat ke Pemerintah Daerah (Pemda) Majene atas masalah ini. Sekaligus menagih janji Pemda. Sebab saat pembangunan menuai penolakan, Pemda berjanji akan mengevaluasi keberadaa bendungan jika berdampak ke Desa Bambangan. (Irwan Fals)