Mamuju, mandarnews.com – Cakupan Imunisasi Kementerian Kesehatan yang dicanangkan melalui Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) masih rendah.
Dalam kurun dua tahun sejak dicanangkan (2020-2021), cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi belum mencapai target, pada tahun 2020 target imunisasi sebanyak 92% namun yang dicapai hanya 84%, sedangkan tahun 2021 imunisasi ditargetkan 93% namun cakupan yang dicapai 84 %.
Sementara itu, capaian di Sulawesi Barat (Sulbar) lebih mengkhawatirkan, hingga 15 Juli 2022 saja, capaian untuk BIAN baru berada di angka 36,6% dari 334.102 yang ditargetkan. Data tersebut tentu saja perlu jadi perhatian khusus.
BIAN sendiri dicanangkan untuk vaksin anak hingga usia 12 tahun. Program imunisasi itu menyiapkan vaksin campak-rubella, vaksin IPV (Inaktivated Polio/imunisasi suntik polio), vaksin OPV (oral/tetes polio vaksin), dan vaksin DPT-HB-Hib (dipteri pertusis tetanus/hepatitis b/hemofilus influensa).
Hal itu dimaksudkan untuk menambah kekebalan tubuh pada anak agar tidak mudah terserang penyakit yang mematikan.
Divisi Imunisasi UNICEF dr. Evawati dalam diskusi dengan para jurnalis mengatakan, rendahnya cakupan imunisasi itu selain dikarenakan isu hoaks yang beredar juga karena target, yakni orang tua dan anak belum mengetahui informasi yang valid terkait imunisasi.
Dalam paparannya, dr. Eva menyebut bahwa tingkat capaian imunisasi campak-rubella di Sulbar masih rendah, khsusunya di Kabapaten Mamuju yang baru mencapai 23,2% dari sasaram sebanyak 74.701 anak.
Sementara kabupaten yang tertinggi hingga 15 Juli 2022 yakni Mamasa sebanyak 49,4% dari sasaran sebanyak 40.315 anak.
“Kenapa BIAN ini dilaksanakan karena ada target cakupan yang tidak tercapai. Jadi, selama ini memang kita punya cakupan imunisasi agak rendah, ditambah dengan situasi Covid-19 yang lalu menyebabkan status itu tambah turun,” kata dr. Eva di Mamuju pada Sabtu (16/7).
BIAN merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk dua capaian kegiatan, yakni imunisasi campak-rubella dan melengkapi status imunisasi anak.
Sedangkan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar dr. Indahwati Nursyamsih mengatakan, permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan vaksinasi cukup kompleks, seperti sosialisasi belum masif sehingga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui jadwal pelaksanaan BIAN.
“Masih berkembang isu negatif tentang vaksin BIAN di masyarakat terkait halal dan haram. Selain itu, dalam pelaksanaannya, BIAN merupakan program baru yang perlu dilakukan sosialisasi masif, termasuk manfaat dan agar masyarakat tidak takut,” pungkas dr. Indahwati.