Kenduri Desa Damai dengan tema “Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri”.
Majene, mandarnews.com – Forum Koordinasi Pencegahan dan Terorisme (FKPT) Sulawesi Barat (Sulbar) menggelar Kenduri Desa Damai di Kabupaten Majene sebagai salah satu upaya pencegahan radikalisme dan terorisme.
Kegiatan ini dilangsungkan di aula Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Majene, Rabu (8/11), yang menghadirkan pemateri dari Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) Eldi Bisma Putra Mahendra, narasumber nasional Ratrikala Bhre Aditya, dan narasumber daerah Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Majene, Albar Mastar.
Sebelum kegiatan dibuka langsung oleh Kadinsos Albar Mastar, acara lebih dahulu diawali penyampaian laporan oleh Ketua Panitia H. Naskah Mahmud Nahban lalu penyampaian sambutan oleh Ketua FKPT Sulbar, Muhammad Imran Idris.
Muhammad Imran menjelaskan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai upaya pelibatan masyarakat dalam pencegahan radikalisme dan terorisme yang bermuara pada terciptanya desa damai.
“Radikalisme adalah pemahaman atau perilaku dengan menggunakan kekerasan dalam menyikapi perbedaan atau memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Sementara terorisme adalah penggunaan kekerasan dengan sengaja untuk mencapai tujuan politik atau ideologis,” ujar Muhammad Imran.
Ia menuturkan, radikalisme dan terorisme menjadi tantangan besar kedepannya sehingga perlu menjadi perhatian dan penanganan bersama.
Salah satu yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memastikan kebenaran informasi yang diterima serta tidak mudah terprovokasi.
“Ada beberapa upaya yang perlu kita lakukan untuk mencegah paham radikalisme, yaitu menanamkan jiwa nasionalisme, berpikiran terbuka dan toleran, waspada terhadap provokasi dan hasutan, serta menghidupkan kembali kearifan lokal yang baik,” tukas Muhammad Imran .
Ia menambahkan, proses penanggulangan radikalisme dan terorisme tidak dilakukan sendiri, melainkan harus bersama-sama dengan melibatkan Tentara Nasional Indonesia-Kepolisian Republik Indonesia (TNI-Polri), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai lembaga negara, serta sinergitas yang kuat bersama masyarakat dan pemerintah, utamanya pada tingkat desa.
“Beruntung karena di Kabupaten Majene tidak masuk dalam titik merah. Di Sulbar yang masuk hanya Kabupaten Pasangkayu dan Mamasa,” kata Muhammad Imran.
Mewakili Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil), Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Kemenag Sulbar Suardi mengapresiasi adanya kegiatan ini.
Ia menyampaikan, FKPT merupakan sayap dari BNPT dan berharap agar kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan sehingga titik merah di Sulbar tidak ada lagi, meskipun sangat minim.
“Kita tidak boleh terpengaruh tentang paham-paham radikalisme karena ini akan mempengaruhi kedamaian,” imbuh Suardi.
Sementara itu, Kadinsos Majene Albar Mastar mengatakan, salah satu yang cukup mempengaruhi terkait radikalisme dan terorisme adalah fanatik yang berlebihan pada sesuatu, seperti halnya pemikiran yang tidak pernah bisa menerima pendapat atau masukan dari orang lain.
“Saya berharap kegiatan tersebut dapat terus dilakukan di Kabupaten Majene. Saya siap untuk nantinya memfasilitasi kegiatan semacam ini,” sebut Albar.
Apalagi, mitra Dinsos Majene banyak yang terlibat dan berinteraksi langsung kepada masyarakat, sehingga secara tidak langsung pihaknya cukup berperan dalam pencegahan radikalisme dan terorisme.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Kepala Seksi Pengawasan Jaringan BNPT Eldi Bisma Putra Mahendra serta Ratrikala Bhre Aditya yang merupakan praktisi film.
Eldi menuturkan bahwa pelaku radikalisme ataupun teroris saat ini berbeda dari pelaku tahun-tahun sebelumnya.
“Teroris saat ini tidak bisa lagi dilihat dari ciri fisiknya karena sudah berbaur juga mengikuti fashion kekinian,” ucap Eldi.
Ia juga mengajak masyarakat untuk lebih membentengi diri lagi dan waspada akan paham radikalisme dan terorisme.
Tak hanya itu, Eldi juga menegaskan bahwa aksi terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.
“Kami juga mengimbau agar lebih hati-hati untuk menggunakan medsos karena disitulah rentan terjadi. Sebabnya, medsos menjadi wadah penyebaran informasi yang sangat cepat, ” tujas Eldi.
Dalam kesempatan ini, Eldi menampilkan sejumlah tayangan aksi bom bunuh diri yang sangat merugikan diri sendiri serta orang lain.
“Inilah mengapa intoleransi, radikalisme, serta terorisme harus kita hilangkan di masyarakat karena sangat merugikan,” beber Eldi.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa alasan para pelaku melakukan bom bunuh diri diantaranya adalah karena menganggap tindakan itu suatu amaliah, jihad, klaim jaminan masuk surga, dan fanatik terhadap agama tertentu.
“Sehingga, salah satu daya tangkal radikalisme adalah dengan membangun kembali kearifan lokal yang baik, bersosialisasi, pendekatan sosial, kesejahteraan, kebebasan, serta kepercayaan umum,” ungkap Eldi.
Sedangkan Ratrikala Bhre Aditya menambahkan bahwa kekuatan audio visual saat ini memang sangat berbahaya, apalagi tayangan film ketika mendapatkan kemistri maka akan menyentuh hati.
Ratrikala pun mengajak agar masyarakat lebih waspada dan hati-hati saat melihat suatu tayangan, apalagi yang sifatnya mempengaruhi dan menghilangkan fanatik agar tidak terpolarisasi.
“Kita harus mampu membentengi diri dari arus informasi. Meskipun audio visual bisa menjadi wadah penyebaran paham radikalisme, tapi di satu sisi kita juga harus bisa memaksimalkan wadah ini untuk menyebarkan kebaikan,” tutup Ratrikala. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia