Jusmia Nur saat menceritakan kisah pilu yang ia alami di rumahnya di Tanangan, Majene, Sulbar, beberapa waktu lalu.
Majene, mandarnews.com – Seorang warga Lingkungan Tanangan, Kelurahan Pangali-ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, bernama Jusmia Nur akhirnya bisa mewujudkan mimpinya untuk berhaji.
Cita-cita yang ia pendam selama puluhan tahun akhirnya bisa tercapai. Jusmia bisa mewujudkan mimpinya setelah ia masuk dalam daftar pemberangkatan haji tahun ini bersama sejumlah jemaah calon haji (JCH) lainnya di Majene.
Ia pun tak menyangka bisa berangkat haji. Pasalnya, Jusmia bukanlah nama utama yang masuk dalam pemberangkatan haji tahun ini karena masuk dalam daftar nama cadangan.
Namun, karena salah satu JCH ada yang meninggal dunia, maka Jusmia otomatis menggantikan JCH yang meninggal.
Mendengar informasi bahwa ia bisa berangkat haji tahun ini, cerita sedih pun keluar dari mulut ibu enam anak ini.
Dengan tetesan air mata, Jusmia menceritakan, niat untuk berhaji telah lama dicita-citakan, yakni sejak tahun 1993. Saat itu masih menggeluti usaha menjual ikan dengan mengambil ikan dari pengusaha besar tanpa modal atau hanya modal kepercayaan.
Sejak itu, ia mulai menabung sedikit demi sedikit. Ia pun menyimpan uangnya di balik bantal yang sering digunakan tidur di rumahnya.
Seribu, dua ribu, setiap hari ia sisihkan. Bahkan, jika Jusmia mendapat rezeki lebih, kadang kala menyisihkan sepuluh hingga dua puluh ribu.
Bertahun-tahun hal itu ia lakukan. Kadang kala suami Jusmia kaget karena menemukan segepok uang pecahan seribu, dua ribu, di bawah bantal miliknya.
Sengaja Jusmia tidak memberitahukannya kepada suaminya atau anak-anak karena ia sadar itu hanyalah mimpi mengingat ia orang tidak ada dan enggan membebani pikiran keluarganya.
Tapi, dengan niat yang tulus dan kesungguhan hati, seiring tahun-tahun berjalan, Jusmia memberanikan diri untuk memodali membeli ikan untuk jualannya.
Semakin hari, pencapaian pun makin maju ia rasakan. Hingga pada akhirnya ia bisa menabung dua puluh ribu sampai dua puluh lima ribu rupiah per hari.
Tapi, namanya usaha kadang juga dalam sehari ia tak menabung karena banyak kebutuhan yang dibiayai, yakni enam orang anak yang harus dinafkahi dan disekolahkan. Apalagi sejak suaminya sakit usus turun dan dioperasi.
Jusmia pun sejak itu sudah sendiri bekerja mengingat suami sudah tidak bisa kerja keras, apalagi melaut.
Beruntung karena Jusmia mempunyai langganan tetap saat berjualan, yakni pondok pesantren dan Rumah Sakit Umum Daerah Majene. Tiap hari, langganannya selalu datang untuk membeli lumayan banyak dagangannya.
Jusmia mendaftarkan diri untuk haji sejak 2012. Itu pun sempat tertunda selama dua tahun mengingat adanya Covid-19.
Kini Jusmia sangat gembira dan bersyukur karena tahun ini menjadi salah satu JCH yang akan berangkat.
Meskipun seringkali ia mendapat cerita jelek dari orang lain dan tetangganya, mulai dari dianggap membabi ngepet, memiliki ilmu hitam, dan dikucilkan karena hanya seorang penjual ikan.
Jusmia pun rutin mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan Kementerian Agama Majene untuk persiapan pemberangkatan haji tahun ini dan menyerahkan diri kepada Allah SWT atas segala ujian yang dihadapi.
Jusmia berjualan di Pasar Tempat Pelelangan Ikan di Majene. Lapaknya tak jauh dari jembatan di Binanga, dekat penggilingan daging. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia