Majene, mandarnews.com – Sartini (54 tahun) menceritakan kronologis perampokan dan penyekapan yang dialami bersama suaminya, Junaedi Abdul Wahid (65 tahun) dan dua anak dari keponakannya, Angga Dwi Saputra (6 tahun) dan Aulia Agustin (10 tahun).
Perampokan itu terjadi di rumahnya, Desa Lalundu, Kecamatan Rio Pakava, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), Selasa 17 Januari 2017 pukul 21.00 wita. Ke empat korban kemudian disekap selama 12 jam. Mulai dari pukul 21.00 hingga pukul 10.00 wita.
Berita sebelumnya : Satu Keluarga Dirampok Kemudian Disekap
Kejadian itu bermula saat Junaedi sementara nonton tv sambil berbaring. Sedangkan Sartini sedang berada di kamar bersama Angga dan Aulia yang tertidur pulas. Tiba-tiba, lelaki bertopeng hitam membuka gorden kamarnya. Sontak Sartini megejar pria bertopeng tersebut.
Ada apa? Tapi saya lihat bapak sudah diancam (ditodong) dengan badik. Bapak ditarik kemudian saya dan disuruh duduk. Jangan bergerak,” kata Sartini meniru suara perampok itu.
Kedua perampok yang berasal dari Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara (Matra), Sulawesi Barat (Sulbar), Syamsul (31 tahun) dan Muhammad Zaidin (17 tahun) mengikat kedua tangan korban. Kemudian disuruh ke kamar untuk mengambil uang sebanyak Rp 11 juta dari lemari.
“Tangan bapak diikat tapi masih sempat ambil Rp 1 juta kemudian disimpan di sarung bapak yang digulung. Yang Rp. 10 juta diambil rampok. Lalu Angga dan Aulia diambil sama rampok di kamar,” kata Sartini.
Keempat korban kemudian dibawa ke mobil. Kedua perampok duduk dibagian depan mobil Toyota Rush putih dengan nomor polisi DN 683 BC yang dikemudikan Syamsul. Sementara ke empat korban duduk di tengah. Sartini duduk sebelah kiri dan Junaedi sebelah kanan sedangkan Angga dan Aulia duduk diantara keduanya.
“Mulut dan mata dilakban saat kami diatas mobil. Kalau anak-anak tidak,” kisahnya.
Dua perampok mulai mengemudikan mobil milik korban ke arah selatan. Arah ke kampung halaman kedua tersangka, Sulbar. Ditengah perjalanan, dua perampok itu mulai meminta uang tebusan kepada keluarga saat pagi hari. Sartini tidak tahu saat itu ia berada dimana karena matanya dilakban.
Perampok tersebut itu menelepon keponakan Sartini yang bernama Safitri, anak dari kakak kandung Sartini yang ia rawat sejak kecil. Safitri sendiri ibu dari Angga dan Aulia yang juga menjadi korban perampokan dan penyekapan.
“Rampok telepon Fitri agar segera cari uang Rp 300 juta sebagai tebusan. Saya dan bapak yang bicara tapi hape (handphone) dipegang rampok. Bapak suruh jual barang-barang (kebun sawit) supaya dapat uang Rp. 300 juta hari ini,” kata Sartini.
Negosiasi terus berlangsung. Dua perampok itu bahkan menyediakan satu botol premium (bensin) yang dipakai mengancam korban. Jika tidak dipenuhi, dua perampok mengancam akan membakar ke empat korban. Tapi Safitri belum bisa memenuhi permintaan perampok tersebut.
Kronologis Junaedi Lompat dari Mobil
Setelah menempuh perjalanan sekitar 500 kilo meter lebih (dihitung google map), tepatnya di Belalang, Desa Onang Utara, Kecamatan Tubo Sendana. Kabupaten Majene tiba-tiba Junaedi berhasil membuka pintu mobil sebelah kanan dan melompat dari mobil. Aulia kemudian memberi tahu Sartini.
Saya tidak tahu kalau bapak melompat karena mata saya kan dilakban tapi ini (Aulia) kasi tahu saya. Mobil semakin melaju dan saya mengamuk diatas mobil dan bisa buka lakban yang menutupi mata dan saya teriak La Ilaha Illallah. Mobil langsung berhenti dua rampok lari ke gunung,” cerita Sartini.
Cerita Junaedi Berhasil Lompat dari Mobil
Junaedi menceritakan saat ia memutuskan melompat dari mobil. Awalnya ia bertanya kepada dua rampok itu.
“Saya bertanya kepada mereka, kalau uang sudah ada, apa saya sudah dilepaskan? Tapi mereka malah diam. Kalau mereka dapat uangnya dan saya tetap dibunuh ya percuma. Saya pasrah dan cari kesempatan lompat dari mobil,” ucap Junaedi.
Ia kemudian mulai mencari kesempatan melompat. Ia dapat ide untuk melompat di daerah yang ramai penduduk agar kejadian yang menimpanya diketahui warga.
“Kalau saya dengar suara keramaian berarti ada orang. Tak lama, saya dengar suara dan melompat dari mobil. Saya terguling di jalan dan warga pun berdatangan,” kata Junaedi yang sambil menahan sakit di ruangan Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Majene.
Saat lakban yang menutup mulutnya dibuka warga, Junaedi kemudian memberi tahu warga bahwa ia sedang dirampok dan istri dan cucunya ada di mobil Toyota Rush sedang disekap. Warga kemudian melakukan pengejaran berhasil menangkap pelaku lalu kemudian diamankan polisi.
Junaedi sendiri memiliki lima anak. Satu dari istri pertama dan empat dari istri kedua. Kelimanya telah menikah. Sementara Sartini adalah istri ketiga Junaedi yang tidak memiliki anak tapi punya anak angkat yang dirawat sejak kecil. Adalah Safitri anak dari kakak Sartini. Istri dari Yanto dan ibu dari Angga dan Aulia.
Di desanya, korban memiliki kebun sawit yang telah berbuah dengan luas 30 hektar. Setiap bulannya, kebun sawit milik Junaedi berpenghasilan mulai Rp 40 juta sampai Rp 50 juta.
Junaedi saat ini berada di RSUD Majene menjalani perawatan dan didampingi istri dan kedua cucunya. Ia menunggu Yanto bersama rombongan yang sedang dalam perjalanan menuju Majene. Sementara kedua tersangka, Syamsul dan Zaidin mendekam di sel tahanan Polres Majene. (Irwan)