Pelaksanaan Seminar Eksistensi Diaspora Kolonisasi Mapillli, di Pendopo Wonomulyo, Polman.
Polman, mandarnews.com – Seminar hari jadi Wonomulyo 2023 digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Wonomulyo bertema “Eksistensi Diaspora Kolonisasi Mapilli”.
Kegiatan ini dibuka secara resmi Bupati Polewali Mandar H. Andi Ibrahim Masdar, Kamis (16/3/23) di Pendopo Kecamatan Wonomulyo.
Tujuan dari seminar rembuk dan kajian waktu pasti hari jadi Wonomulyo akan digelar 2023 ini. Informasi detail sejarah Wonomulyo melibatkan berbagai stakeholder terkait serta rumusan landasan pikir pelaksanaan hari jadi Wonomulyo.
Hadir pada kegiatan ini Disdikpora Pemprov Sulbar, Dinas Kominfopers Provinsi Slawesi Barat, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar, DPRD Kabupaten Polewali Mandar, Camat Wonomulyo, Pemuda dan Perempuan, Budayawan, Perwakilan 13 Desa/Kelurahan di Kecamatan Wononulyo, UMKM, Jurnalis, LSM, Unit kerja terkait.
Melalui Seminar ini, Wonomulyo sebuah Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar yang terbentuk sejak tahun 1937.aat masih bernama distrik dan dibuka oleh transmigrasi jawa yang didatangkan oleh Belanda pada tahun 1934, Wonomulyo awalnya bernama District Colonie, dan kemudian namanya diganti “Wonomoeljo” yang berarti “hutan mulia”.
Bupati Polewali Mandar, H. Andi Ibrahim Masdar dalam sambutannya mengatakan, Wonomulyo merupakan pusat perdagangan sehingga masyarakat harus siap memajukan perekonomian seiring banyaknya investor yang masuk ke daerah ini.
“Terkait IKN di Kalimantan, di Wonomulyo ini pelaku usaha harus lebih siap untuk memajukan perekonomian karena seiring saat ini pihak investor akan masuk ke daerah ini. Dengan banyaknya tokoh yang cerdas di Wonomulyo ini dan sejarahnya mulai dari kesenian, pertanian, bisnis dan ditunjang SDM maju dan aparat desa yang memiliki sumber daya baik, penting bagi Kepala Desa tidak hanya berharap dari dana desa tapi mengajari peluang bisnis masyarakat desa,” kata AIM.
Ichsan Sahibuddin selaku Ketua Panitia kegiatan mengatakan, Wonomulyo merupakan suatu simbol asimilasi kultural dari heterogenitas baik orang Jawa maupun orang Mandar serta suku lainnya yang hidup secara damai dan toleransi. Olehnya itu, pada Seminar Hari Jadi Wonomulyo dilaksanakan untuk menentukan hari jadi Wonomulyo.
“Sebenarnya sederhana Wonomulyo ini dia merupakan suatu simbol asimilasi kultural dari heterogenitas baik orang Jawa maupun orang Mandar dan lain-lain itu hidup damai di sini. Jadi kedatangan orang Jawa menjadi cikal bakal terjadinya pertanian modern di tanah Mandar atau di Sulbar seperti sistem irigasi, seandainya orang Jawa tidak datang orang Mandar tidak mengenal yang namanya sistem irigasi jadi akselerasi yang ada dan hidup yang damai dan suasana kondusif ini menciptakan Wonomulyo yang dinamis, terbukti dinamika ekonomi di Wonomulyo itu tertinggi di di Sulawesi Barat secara PAD dan sebagainya. Inilah menjadi berkah yang kita harus peringati dan kita berharap contoh kedamaian ini bisa menjadi contoh bagi kecamatan atau kabupaten kabupaten yang lain,” pungkasnya.
Abdul Halim, Wakil Ketua DPRD Provinsi Slawesi Barat mengatakan, selaku wakil rakyat sangat menyambut baik aspirasi masyarakat dalam rangka menentukan hari jadi Wonomulyo yang telah ditetapkan 1 September.
“Dari dua kegiatan yang telah dilaksanakan pihak panitia yang pertama FGD dan hari ini adalah seminar, kenapa penting diadakan seminar tentunya kami sebagai perwakilan masyarakat di DPRD Provinsi Sulawesi Barat menyambut aspirasi masyarakat bahwa mereka ingin memperingati hari jadi Wonomulyo. Karena ini adalah bagian sejarah di mana kolonisasi pertama tahun 1937 pada saat itu Sulawesi Selatan, sehingga teman-teman panitia dan masyarakat Wonomulyo berkeinginan menentukan tanggal lahir Wonomulyo,” sebutnya.
Ia pun bersyukur, dari beberapa opsi yang telah ditawarkan peserta yang hadir sudah memilih satu tanggal, yaitu 1 September 1937.
“Dan alhamdulillah ke depan kita sudah mulai memperingati hari jadi Wonomulyo di tanggal tersebut di tahun 2024 yakni 1 September 2024,” ujarnya.
Camat Wonomulyo Sulaiman Mekka mengatakan selaku pemerintah Kecamatan Wonomulyo sangat mengapresiasi kegiatan ini, karena masyarakat Wonomulyo telah lama mengharapkan adanya penetapan hari jadi, karena Wonomulyo memiliki sejarah terbentuknya daerah ini. Setelah adanya penetapan hari jadi Wonomulyo maka dalam menyambut momen tersebut mesti ditandai dengan kegiatan seperti pekan budaya.
“Saya selaku pemerintah Kecamatan sangat mengapresiasi dan bersyukur karena ini kegiatan sudah hampir selama sebenarnya sudah lama diidam-idamkan oleh seluruh masyarakat Wonomulyo. Kenapa ? karena Wonomulyo adalah penuh dengan sejarah begitu adanya muncul semua para generasi muda kita ini para sejarawan yang masuk di Wonomulyo menginginkan Wonomulyo harus punya ciri khas, punya sejarah, harus ada hari jadi Kecamatan Wonomulyo,” katanya.
“Momen-momen peringatan hari jadi Kecamatan Wonomulyo kita persiapkan untuk membuat suatu seperti pekan budaya, jadi hari jadi ini tidak diperingati begitu saja namun harus dilaksanakan pekan budaya atau seluruh masyarakat kita ada pertunjukan-pertunjukan yang ingin kita laksanakan, termasuk pembuatan tumpeng besar menandai bahwa itu yang akan dipotong setelah dipotong ini tanda jadi hari jadi Kecamatan Wonomulyo,” tambah Sulaiman.
Narasumber pada kegiatan ini, Dr. Abdul Rahman Hamid Dosen Sejarah UIN Raden Intan Lampung; Peneliti Sejarah Mandar, kemudian Ritha Mikawaty S, S.Hut.,MM selaku Analisis Kebijakan Ahli Madya pada Direktorat Pembangunan Kawasan Transmigrasi, Ditjen Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi, dan Adi Arwan Alimin selaku Moderator dan juga Penulis Buku: Kampung Jawa di Tanah Mandar.
(Atyah)