Majene, mandarnews.com – Sejumlah warga khususnya di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat saat ini tengah merasakan kedilemaan akibat minyak goreng. Mereka masih bingung antara memilih untuk membeli minyak goreng (non subsidi) dengan harga yang lumayan mahal atau tetap menunggu pasokan minyak goreng subsidi yang tak menentu.
Niat pemerintah yang tadinya baik dengan memberikan SOLUSI melakukan satu harga (subsidi) agar warga dapat lebih menjangkau harga minyak, justru menjadi AMUNISI yang membunuh bagi warga.
Hal tersebut terjadi karena sejak diberlakukannya satu harga, ini membuat pasokan minyak goreng subsidi menjadi sangat langka ditemui. Sementara, minyak goreng dengan harga yang melampaui harga normal sebelumnya dengan merek yang baru justru marak dijumpai, namun para pedagang mengaku minyak goreng merek tersebut tidak masuk dalam subsidi pemerintah.
Salah satu warga yang dilema atas kondisi ini adalah Fatimah. Warga Kelurahan Banggae, Majene mengaku bingung antara menunggu minyak goreng subsidi atau harus beralih membeli minyak goreng yang cukup mahal.
Sementara itu ia menyebutkan, distribusi minyak goreng subsidi yang dilakukan pemerintah beberapa pekan terakhir ini yang dijumpai hampir di setiap toko besar di wilayah Pasar Sentral Majene tidak merata.
Menurutnya, masih ada beberapa pemain (konsumen) yang membeli minyak goreng yang cukup pintar membeli kepada dua toko.
“Jadi meskipun persyaratan fotokopi Kartu Keluarga dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (Kepala Keluarga) dilakukan tapi tetap saja mereka (konsumen nakal) masih bisa bermain. Mereka pintar, karena mengatur mengumpul berkasnya dua toko sekaligus, sehingga dalam waktu yang cukup terbatas mereka berkesempatan mendatangi sekaligus dua toko,” ungkap Fatimah, yang masih kecewa karena belum menerima subsidi.
Tidak hanya itu, ia juga menyebutkan jika pasokan yang diterima tiap toko sangat terbatas sehingga pendistribusian terbatas tidak bisa merata.
Ia pun berharap, agar pemerintah dapat memberikan solusi yang terbaik agar pendistribusian minyak goreng subsidi lebih merata.
Seperti diketahui, harga minyak goreng subsidi yang beredar di pasar atau toko adalah Rp. 13 hingga 14.000 per liternya. Untuk non subsidi warga biasa membelinya di atas Rp. 20.000,- per liternya.
Sementara itu Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Majene, Busri K menyampaikan, pada 11 Maret 2022 kemarin pemerintah telah menyalurkan 2.053 liter, yang disalurkan oleh 22 toko dengan berbagai variasi pasokan.
Ia menyebutkan, penyaluran tersebut sudah diantisipasi, jika terjadi pembelian besar-besaran oleh konsumen yang ditakutkan akan menyalahgunakan barang subsidi dengan menjual kembali dengan harga lebih mahal.
Sehingga pihaknya melakukan pengawasan pembelian bersama pihak Kepolisian dan Satpol PP dan juga membatasi bagi warga dengan maksimal pembelian 2 liter.
Akan tetapi ia mengakui, metode tersebut belum efektif dan bisa saja terjadi kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh konsumen.
Sehingga langkah baru yang akan ditempuh untuk penyaluran selanjutnya kata Busri adalah, ketika pasokan minyak goreng subsidi ada, maka pihaknya akan lebih meningkatkan lagi pengawasan bersama Kepolisian dan Satpol PP.
Namun jika upaya tersebut masih gagal lanjutnya, maka pihaknya akan memberlakukan penyaluran minyak goreng subsidi di mana pemasukan berkas akan di masukan melalui Diskoperindag menjadi satu pintu.
Sehingga KTP dan KK yang terkumpul akan dilakukan verifikasi lalu selanjutnya diserahkan kembali ke toko terpilih atau penyalur.
“Kami telah melakukan komunikasi terhadap distributor minyak goreng untuk memberikan informasi kedatangannya, sehingga nanti dapat dikendalikan dan tidak terjadi antrian panjang lagi,” ujarnya, Senin (14/3/2022).
Kepala dinas tersebut juga menambahkan, telah melakukan permintaan pasokan minyak goreng yang lebih terhadap distributor agar kelangkaan minyak goreng subsidi dapat teratasi bahkan hingga jelang ramadhan.
“Terkait untuk sentralisasi belum bisa kita lakukan, karena pertimbangan warga akan membludak yang menimbulkan abai protokol kesehatan, apalagi sentralisasi yang dilakukan tiap daerah seperti hal di pulau Jawa itu kurang efektif di mana masih bisa dimasuki konsumen nakal,” ujarnya.
Ia pun berharap saat ini, agar sambil menunggu pasokan minyak goreng subsidi kembali normal, warga setempat mulai bisa mengubah mindset dengan memanfaatkan minyak goreng lokal yakni minyak mandar yang jauh lebih sehat dan produksi yang cukup besar ada di Majene.
(Mutawakkir Saputra)