Foto bersama tim peneliti Unsulbar bersama petani pengembang komoditi nanas, tokoh masyarakat, pemuda, serta pemerintah Desa Betteng.
Majene, mandarnews.com – Sejumlah dosen dari Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) menggelar diskusi kelompok terarah atau focus group discussion (FGD) dengan tema “Pelestarian Komoditi Nanas Lokal Pamboang di Desa Betteng, Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene”, Kamis (18/7), di aula Kantor Desa Betteng.
Diskusi tersebut dihadiri oleh petani pengembang komoditi nanas, tokoh masyarakat, pemuda, serta pemerintah Desa Betteng.
Koordinator program studi Agroekoteknologi Unsulbar Nurmaranti Alim dalam sambutannya mengungkapkan bahwa kegiatan ini tidak terlepas dari pencapaian visi program studi yang akan memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pertanian yang produktif, sehat, dan arif terhadap lingkungan berdasarkan integrasi kajian keilmuan dan budaya lokal.
“Berdasarkan misi tersebut dan keberadaan komoditi nanas lokal inilah yang menjadi dasar ketertarikan dosen-dosen peneliti kami untuk meneliti komoditi nanas lokal ini,” ungkap Nurmaranti.
Dosen yang akrab disapa Ranti tersebut menuturkan, fokus utama program studi agroekoteknologi Unsulbar adalah mengembangkan pertanian melalui ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan kearifan lokal serta pembangunan berkelanjutan.
“Mulai dari aspek budidaya tanaman, kesuburan tanah, hama penyakit, teknologi, dan berbagai aspek penting lainnya akan diteliti dan dikembangkan termasuk untuk komoditi nanas lokal ini,” sambung Nurmaranti.
Nantinya, bukan hanya diskusi yang akan dilakukan, namun juga kegiatan penelitian dan pengembangan komoditi nanas Pamboang di Desa Betteng.
“Sehingga keberadaan kampus, khususnya prodi Agroekoteknologi tidak hanya bermanfaat langsung kepada mahasiswa, tetapi juga memberi dampak besar kepada masyarakat, khususnya di Kabupaten Majene,” harap Nurmaranti.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa Betteng Harun Hadaming menyambut baik kedatangan dosen-dosen dari Fakultas Pertanian dan Kehutanan Unsulbar. Ia menyampaikan, sudah seharusnya perguruan tinggi dan pemerintah desa bekerja sama untuk mengembangkan potensi desa.
“Peserta dan tokoh masyarakat yang hadir ini dapat dikatakan bahwa semuanya bertani atau mengembangkan tanaman nanas di kebunnya. Apalagi, tanaman nanas yang disebut komoditi lokal ini adalah tanaman khas dari Desa Betteng,” tutur Harun.
Ia berharap agar kegiatan diskusi dan penelitian yang dilakukan oleh tim dosen Unsulbar dapat memberikan hasil yang bisa dikembangkan dan memberi manfaat bagi masyarakat setempat.
“Tanaman nanas yang ada di sini ini memang telah bersertifikat, memiliki karakter khas, dan ciri-ciri khusus. Jadi, akan bagus memang kalau banyak penelitian dan dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat Desa Betteng,” ungkap Harun.
Salah satu tim peneliti nanas lokal Pamboang Ihsan Arham menjelaskan bahwa komoditi nanas Pamboang adalah salah satu varietas lokal yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia sejak tahun 2010.
“Bahkan, varietas ini pernah dinobatkan sebagai varietas nanas terbaik kedua di Indonesia oleh Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropik Kementerian Pertanian,” sambung Ihsan.
Ia mengatakan, ketenaran komoditi nanas lokal yang pernah melegenda di tanah Mandar tersebut telah mengalami kemunduran, baik dari sisi luasan lahan maupun jumlah petani pengembang komoditi.
“Oleh karena itu, penelitian terhadap nanas lokal dapat menjadi bagian besar dari upaya pelestarian komoditi nanas lokal Pamboang, Kabupaten Majene,” ujar Ihsan.
Tim peneliti nanas lokal Pamboang ini terdiri dari delapan orang dosen Fakultas Pertanian dan Kehutanan, di.antaranya Asia Arifin, S.P., M.Si., Dr. Niken Nur Kasim, S.P., M.P., Ihsan Arham, S.P., M.Si., Ilham, S.Pd., M.P., Irlan, S.Hut. M.Si., Muh. Fahyu Sanjaya, S.P., M.P., Nurmaranti Alim, S.P., M.Si., dan Sri Sukmawati Djafar, S.P., M.P. (Ptr/rls)