Masyarakat di Dusun Aholeang dan Rui menyampaikan tuntutan.
Mamuju, mandarnews.com – Hingga kini, warga di Dusun Aholeang dan Rui Desa Mekatta, Kecamatan Malunda, Majene, masih bertahan di tenda pengungsian.
Gempa pada 15 Januari lalu membuat pemukiman mereka rusak hingga tertimbun longsor. Selain itu, kondisi tanah di kampung yang berada di kaki gunung itu retak-retak yang sewaktu-waktu dapat membahayakan pemukiman. Kondisi itu membuat kampung di sana tak layak huni.
Sudah hampir dua bulan mereka hidup seadanya di bawah tenda dan masih terus menunggu kejelasan nasib akan lokasi dan hunian tetap bagi mereka.
Rumah yang rusak dan kondisi kampung yang sudah tidak layak huni karena tanah yang retak-retak dan rawan longsor jadi penyebab utama mereka takut kembali.
Sekarang harapan terbesar mereka ada pada relokasi yang jelas, disedikan oleh pemerintah untuk melanjutkan hidup.
“Yang paling diinginkan sama masyarakat sekarang adalah lokasi yang tetap dan tempat tinggal Pak,” tutur Kepala Dusun Aholeang, Lukman.
Namun, sepertinya hal itu belum mendapat perhatian sepenuhnya dari pemerintah setempat.
Lukman menjelaskan ia sudah melakukan pertemuan dengan pemerintah daerah, namun belum juga ada kejelasan terkait lokasi mereka.
“Masalah kejelasan dari lokasi belum ada dari pemerintah daerah. Selalu ditanya mengenai relokasi ini, tidak ada tanggapan juga, bahkan kemarin kami sempat rapat di Kantor Bupati tidak ada juga dijelaskan secara detail mengenai relokasi,” tambah Lukman.
Sekarang mereka sudah berpindah ke lokasi pengungsian yang baru sebab lokasi sebelumnya dipenuhi oleh sawit dan akan dipanen oleh pemiliknya.
Untuk lokasi baru yang mereka tempati, menurut Lukman itu sudah mendapat izin dari pemilik lokasi, tapi dengan persyaratan.
“Untuk lokasi sekarang ini sudah diizinkan selama enam bulan sampai dua tahun kedepan, tapi dengan syarat kalau lokasi ini ada yang membelinya secara otomatis kita harus pindah,” tutup Lukman.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia