Ketua DPC GMNI Mamuju, Hermansyah
Mamuju, mamdarnews.com – Ditemukannya pekerja Club Base Camp 37 Maleo yang menggunakan seragam Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) lengkap dengan logo yang tertanam di dasi dalam operasi gabungan Tentara Nasional Indonesia (TNI)-Kepolisian Republik Indonesia (Polri), membuat sejumlah kalangan beramai-ramai mengecam hal tersebut.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Mamuju, Hermansyah menyebut, hal itu sangat mencoreng dunia pendidikan.
“Pendidikan adalah sesuatu yang sangat mewah untuk diperbincangkan, bahkan untuk diperdebatkan di ruang publik,” ucap Hermansyah.
Bukan hanya karena pendidikan itu adalah aspek fundamental sebagai garansi kemajuan bangsa, lanjutnya, melainkan juga pendidikan Indonesia ini perlu ada perbaikan karena pendidikan kita masih sangat terbelakang.
“Upaya kita untuk menumbuhkan rasa kepedulian terhadap pendidikan ini di coreng oleh salah satu THM. Pihak Club 37 tidak seharusnya menggunakan tema pendidikan dalam sebuah THM. Ini konyol karena para pelayannya memakai baju putih abu-abu. Jadi, logika yang dibangun di sini adalah seolah siswa-siswi sedang melayani pengunjung bar,” tegas aktivis yang akrab disapa Esa itu saat dikonfirmasi, Kamis (25/7/2019).
Ia menjelaskan, pemerintah harus segera mengevaluasi hal tersebut, pencabutan ijin dan penutupan Club 37 bisa dijadikan sebagai opsi jika diperlukan agar hal tersebut tidak terjadi lagi.
“Ada baiknya Club 37 ini ditutup saja supaya bisa menghindari hal lebih krusial lagi kedepannya. Jangan sampai nantinya pelayan THM itu menggunakan gamis. Secara visual sih oke, tetapi esensi dari THM tidak bisa dinafikan,” tutup Hermansyah.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia