Warga Topoyo panik saat gempa
Topoyo – Sekitar Pukul 18.04 WITA (28/9/2018) telah terjadi gempa. Sumber dari BMKG, pusat diperkirakan pusat gempa terletak di wilayah Palu Sulawesi Tengah dengan lokasi 0.18 LS 119.85 BT serta kedalaman 10 km dan getaran 7.7 Magnitudo. Kekuatan gempa sampai dirasakan di wilayah Topoyo Mamuju Tengah. Gempa dirasakan sampai 3 kali. Gempa pertama dengan durasi 1 menit dirasakan penduduk setempat sangat kuat, gempa susulan berlangsung dengan durasi sekitar 5 detik tetapi tidak sekuat gempa yang pertama, dan terakhir getaran gempa masih dirasakan penduduk Topoyo sekitar pukul 22.36 WITA malam ini dan gempa kecil lainnya.
Getaran gempa menyebabkan kepanikan luar biasa penduduk setempat. Sampai harus berjibaku menyelamatkan sanak saudara dan mencari tempat yang aman untuk berlindung dari kemungkinan reruntuhan. Pukul 18.46 WITA kepanikan warga diperparah dengan beredarnya kabar setelah Magrib yang sangat cepat berkembang luas di tengah masyarakat Topoyo bahwa air laut surut dan mulai meninggi disekitar Pantai Babana yang letaknya bersebelahan dengan kecamatan Topoyo.
Hal ini menyebabkan masyarakat setempat merasa bahwa akan terjadi Tsunami sehingga terjadi pengungsian yang menyebabkan jalan poros Topoyo-Palu mengalami kemacetan luar biasa sampai di pukul 21.45. Kemacetan dikarenakan banyaknya kendaraan yang tidak terparkir rapi di sisi jalan saat kejdian berlangsung .
“Terpaksa saya harus lari ke arah dataran tinggi seperti gunung terdekat saat gempa karena khawatir jangan sampai Tsunami betul terjadi. Yang saya fikirkan bukan diri saya tapi bagaimana cara supaya siswa-siswa saya yang kebetulan diwaktu bersamaan saat terjadi gempa sementara melakukan bimbingan belajar disekolah mulai sore tadi semuanya selamat,” tutur Haslan penduduk setempat yang berprofesi sebagai guru ini.
Dari pantauan kontributor Mandar News wilayah Mamuju Tengah sampai pada malam ini masyarakat setempat masih berjaga-jaga diluar rumah untuk mengantisipasi jangan sampai terjadi gempa susulan yang lebih kuat maka akan segera dapat menyelamatkan diri. Begitupun di pinggir jalan poros Topoyo-Palu masih nampak belasan mobil plat hitam masih sementara siaga dan disesaki oleh orang-orang. Tampak juga salah satu rumah mengalami retak dan hancur pasca gempa tadi.
Warga Topoyo lainnya, Kindo’ Padilah, menuturkan dengan bahasa Mandarnya yang kental sambil menangis tersedu-sedu diatas mobil pick up, “Lewa’ Sanna’i Kareba Uirrangngi Digena’ Pura Mangari’, Mindai’ Sanna’mi re’ wai le’bo jari lamba toa’ yau masiga mendai’ dioto meitai oroang malinggao. Lambi’ dite’e marakke’pa membali diboyang ,me’di bandi usolangang dini penduduk dibiring tangngalalang  (Keterlaluan kabar saya terima setelah magrib. Air lau sudah sangat tinggi sehingga saya juga langsung naik mobil ikut mengungsi di pinggir jalan).”
Warga di Pasangkayu juga mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Mereka juga kuatir jika terjadi Tsunami seperti kabar yang berhembus. Demikian halnya di Mamuju dan sebagian warga di Tarawesi dan Pamboang Kabupaten Majene.
Sementara seorang driver jurusan Palu – Majene, Amir, mengaku sedang melintas di wilayah Mamuju ketika gempa mengguncang sekitar pukul 18.00 wita. Mobil yang dikemudikannya terasa oleh.
“Awalnya saya pikir ban mobilku kempes, tapi setelah kulihat tiang lampu bergoyang maka saya disitu tahu kalau terjadi gempa,” tutur Amir.
Kontributor : Syarif