Aksi di depan Kantor Gubernur Sulbar
Mamuju, mandarnews.com – Dalam rangka memeringati Hari Tani Nasional yang jatuh pada hari ini, puluhan massa berunjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), Selasa (24/9/2019).
Massa yang tergabung dalam Gerakan Reforma Agraria Sulbar menolak revisi Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertanahan.
Dengan menggunakan sarung dan topi caping, massa berpendapat, pengesahan RUU Pertanahan akan memperbanyak investor asing yang mengancam kepemilikan tanah oleh petani, serta timbulnya gesekan horizontal di kalangan masyarakat.
Dalam orasinya, Koordinator Lapangan, Muhammad Sayuti mengatakan, pelaksanaan Reforma Agraria dalam janji Presiden Jokowi sejak 2014-2019 tidak berhasil dijalankan. Hak petani atas tanah tidak terpenuhi, serta tidak jelasnya tanah 9 juta hektar.
“Pemerintahan Jokowi-JK gagal dalam menjalankan fungsinya, hak-hak tanah atas rakyat tidak jelas, diskriminasi terhadap petani terus terjadi, sehingga kami meminta pemerintah membatalkan upaya pengesahan RUU Pertanahan,” tutur Sayuti.
Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulbar, Muh. Idris yang menerima pengunjuk rasa menyampaikan, penolakam tersebut merupakan hal yang sangat mendasar, dan saat ini dalam kajian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
“Penolakan RUU Reforma Agraria saat ini sedang dibahas dalam parlemen, tentu hal ini akan jadi masukan sebagai asprirasi dari bawah. Saat ini, pemerintah provinsi telah membagi kewenangan tersebut dalam dua kewenangan yang ditangani oleh Dinas Holtikultura, Ketahanan Pangan dan Peternakan serta Dinas Perkebunan, itu dulu disebut Dinas Pertanian sehingga kita berharap kedepan dapat maksimal,” beber Idris.
Sementara Kepala Dinas (Kadis) Holtikultura, Ketahanan Pangan, dan Peternakan, Muhtar, juga mengungkapkan penolakannya terhadap RUU Reforma Agraria.
“Saya menyatakan menolak RUU Reforma Agraria,” papar Muhtar.
Meski tak ditemui oleh Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar, massa akhirnya membubarkan diri secara tertib setelah ditemui oleh Kadis Holtikultura, Ketahanan Pangan, dan Peternakan, Muhtar.
Reporter: Sugiarto
Editor: Ilma Amelia