Mamasa (mandarnews.com) – Robohnya Gereja di Desa Manipi beredar luas. Bahkan mendapat berbagai tanggapaan di media sosial (medsos) setelan diposting di akun facebook milik Adenoviato.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Mamasa, Orsan Soleman mengatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) perlu memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan kembali gereja yang roboh tersebut.
Saat dikonfirmasi via whatsapp, Selasa (16/10), Orsan juga mengatakan, robohnya gedung Gereja Toraja Mamasa (GTM) di Desa Manipi, Kecamatan Pana’ belum diketahui secara pasti apa penyebab.
“Namun pemerintah perlu memberi perhatian melalui dinas terkait sebab ini adalah fasilitas umum yang tentunya dibangun dengan swadaya masyarakat,” tulisnya melalui whatsapp.
Ia menyebut, gereja tersebut berada di bawah naungan sebuah sinode atau organisasi gereja, maka sinode atau organisasi gereja terkait juga harus segera turun tangan memberikan keringanan.
Orsan juga menegaskan, semua pihak jangan hanya menyatakan prihatin tapi harus ikut andil dalam pembangunan kembali, baik secara pribadi maupun bantuan fasilitasi pemerintah.
Postingan di akun fb Adenoviato menjelaskan, kondisi gedung Geraja Toraja Mamasa Jemaat Gabansa yang sedang dalam tahap pembangunan terletak di Sandana Desa Manipi’ Kec. Pana Kabupaten Mamasa ambruk dan rata dengan tanah pada Sabtu kemarin. Belum diketahui pasti penyebab ambruknya gedung gereja tersebut.
Maryana LD mengomentari status Adenoviato. Ia menulis, awalnya dirinya mengira informasi yang beredar sejak kemarin itu adalah hoaks namun saat ditelusuri ternyata benar dan untungnya terjadi di malam hari sehingga tidak ada korban jiwa.
Sedangkan Boyong Patodingan dalam menanggapi postingan Adenovanto, mengungkap berbagai alasan penyebab robohnya gereja itu. “ada banyak faktor yang mempengaruhi rapuhnya beton
, selain materialnya kotor, kwalitas material kurang bagus, semen sudah agak keras dihancur kembali sehingga daya ikat sudah berkurang, campuran sudah agak lama dicampur baru digunakan, campuran kurang masak dan lain-lain. Bukan hanya karena tukang yang salah jadi jangan saling mempersalahkan” tulisnya.
Sementara Tadius Tammu menulis akan kerinduan terhadap gereja yang refesentatif.
“Kerinduan jemaat untuk menikmati gedung gereja yang pemanen mungkin harus melalui proses ini, setelah sekian lama beribadah di gedung yg tidak layak,” tulis Tadius Tammu.
Ia juga mengajak untuk menyumbang. Ia menulis di akun tersebut,”Saya sependapat dgn ide sdr. Sonda Tatok, sekalipun saya tidak punya banyak uang, kalau ada 1000 org dikali 50.000 = 50jt bagaimana?.”
Reporter : Hapri Nelpan