Catatan oleh Nurhira Abdul Kadir
Hari-hari awal September 2018 ini, saat masyarakat online kita sedang sibuk dengan isu dolar meroket hingga menembus angka 14 ribu. di Amerika sana, perang psikologis sedang memanas antara Presiden Amerika, Donad Trump dengan media arus utama di negeri itu, New York Times.
Kontroversi memanas setelah Rabu, 5 September 2018 lalu, New York Times memutuskan memuat di kolom opini kesaksian berjudul “I am Part of the Resistance inside the Trump Administration” artinya “Saya bagian dari orang-orang yang melawan dalam jajaran pemerintahan Trump”. Jelas dari judulnya, ini ditulis seseorang yang mengaku bekerja di lingkaran dalam pemerintahan Trump.
Seseorang yang menolak diidentifikasi ini menceritakan dengan sangat miris bagaimana dia dan beberapa orang dalam pemerintahan Trump berupaya sangat keras untuk menjadi “adults in the room” atau orang orang dewasa dalam ruangan yang mencoba meminimalisir dampak dari kebijakan-kebijakan Trump yang dipandangnya memecah belah Amerika. Trump tidak sadar, katanya, banyak pejabat-pejabat senior dalam pemerintahannya yang bekerja dengan tekun untuk melemahkan kebijakannya dan mengurangi dampak perilakunya yang buruk. Ini semua, menurut si tanpa nama, untuk menjaga agar Amerika dapat sehat sampai dia lengser nanti.
Ini laporan yang tak biasa. Bukan tak biasa karena sang penulis tanpa nama berani terang-terangan mengkritisi presiden di media besar, tetapi karena media itu berani mengambil keputusan kontroversial, memuat laporan tanpa nama penulis. Ini hal yang tak biasa.
Memuat laporan dengan menghapus identitas penulis di sebuah Koran adalah melawan arus sebab sebuah media dipandang terpercaya karena transparansi. Transparansi adalah bagian penting dari etika media, tegas Prof. Stephen J.A. Ward dari the University of Oregon. Media perlu menjelaskan siapa nama penulis, dan memuat pendapat secara berimbang dari kedua kubu. Tapi laporan yang konon ditulis oleh orang kuat di pemerintahan Trump diantar oleh perantara ke redaksi NYT itu sudah mengendap sekitar seminggu di meja redaksi sebelum Jim Dao, pimpinan redaksi NYT, memutuskan itu harus dimuat.
Tidak seperti sebelumnya saat Trump terlihat tidak terpengaruh sama sekali oleh sindiran-sindiran beruntun yang dilayangkan oleh seteru-seterunya dalam pidato di pemakaman kandidat presiden Amerika dua periode, John Mc Cain, kali ini Trump terlihat gerah. Tak berapa lama setelah opini itu dimuat, Trump yang hobby twitteran bereaksi dengan mengeluarkan satu kalimat pendek: “Treason?” yang artinya “pengkhianatan?”
Tak puas dengan twitteran, ia merengsek ke sayap timur gedung putih di mana kerumunan wartawan sedang meliput pertemuan dengan para sheriff dan meracau, “ Menggelikan,” katanya, “ada seseorang dalam Koran yang saya sebut saja Koran gagal NYT yang memuat bahwa ada perlawanan dalam jajaran pemerintahan saya … Ini adalah berita tanpa nama penulis, berita pengecut… Kalau memang orang ini ada, bawa dia ke hadapan pemerintah!”
Betapapun tidak masuk akalnya berita itu menurut Trump, spekulasi yang berkembang pasca berita membuat mata public mencari-cari siapa dalam pemerintahan Trump yang mungkin menulisnya. Wakil presiden sebagai orang yang akan menggantikan Trump jika ia sampai terguling segera berada dalam mata kecurigaan public. Tapi pagi tadi, Wakil Presiden, Mike Pompeo mengingkari sebagai penulisnya. Jadi siapa?
Siapapun penulisnya, saat ini politik yang selalunya berupa permainan catur, dalam pekan-pekan ini akan terasa semakin menarik untuk dicermati dari meja catur Amerika. Selama ini Trump dengan arogansinya telah membuktikan diri sanggup bertahan melalui serangan-serangan mematikan mulai dari isu pelecehan seksual, kebijakan luar negeri yang tidak berperikemanusiaan, pengunduran diri beruntun dari orang-orang kuat dalam pemerintahannya hingga isu suap dalam kampanye.
Seperti terjadi di hampir semua peta politik di belahan dunia manapun, apakah seseorang akan bertahan atau tumbang dari rongrongan tergantung salah satunya dari seberapa kuat gurita kuasa di sekelilingnya mempertahankan posisi jagoan mereka. Donald Trump mungkin terlihat begitu memuakkan bagi rakyat Amerika seperti yang terbaca dari media, tapi ia dan tentakel-tentakelnya sejauh ini sudah membuktikan diri sangat licin untuk dapat dihentikan.
Gwynneville, NSW, 7 September 2018.