Syarif, pengungsi korban gempa dan tsunami Sulteng beristirahat di posko persinggahan di Majene. Foto: Ichie
Majene – Pengungsi dari Palu, Sigi, dan Donggala terus berdatangan dan memanfaatkan posko persinggahan di Majene. Mereka mendapat pelayanan seperti makan dan minum serta pelayanan kesehatan.
Syarif, salah seorang pengungsi yang ditemui di posko persinggahan di rumah dr. Rahmat atau di prapatan menuju kantor Telkom. Ia mengungkap, dalam kondisi kota Palu yang masih sangat memprihatin hingga saat ini ada beberapa oknum yang memanfaatkan situasi dengan meraih keuntungan pribadi yang sebesar-besarnya. Terutama harga bahan bakar minyak (BBM).
Syarif mengeluh lantaran kesulitan memperoleh BBM saat memutuskan meninggalkan kota Palu.
“Ada beberapa korban yang mendapatkan BBM lebih dan menjualnya ke sesama pengungsi dengan harga yang cukup mahal mencapai Rp.100.000,- per botol,” sebut Syarif.
Syarif menceritakan pengalamannya saat berada di Palu Ia tidak mendapatkan sumbangsih BBM dari pemerintah karena aksi berebut BBM sesama pengungsi dinilai sangat beresiko. Dalam keadaan terpaksa Ia harus membeli bensin yang dijual para pengungsi.
“Sudah banyak pengungsi yang jadi korban perkelahian karena berebut BBM,” jelasnya di posko persinggahan korban bencana Palu.
Untuk sementara Syarif lebih memilih untuk tinggal di kota Pinrang sambil menunggu situasi benar-benar kondusif dan kembali ke kota Palu untuk memperbaiki tempat tinggalnya yang hancur oleh gempa.
Reporter : Ichie