Majene, mandarnews.com – Di Hari Penyu Sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Juni, komunitas sahabat penyu yang ada di Pantai Mampie, Desa Galeso, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polman melepas tukik penyu. Mereka juga memberikan edukasi kepada masyarakat yang berkunjung di Rumah Penyu Pantai Mampie tentang pentingnya menjaga kelestarian penyu.
Selasa, (16/6).
Menurut Ketua Komunitas Sahabat Penyu, Yusri Mampie, di hari penyu sedunia, ada sekitar 60 tukik penyu yang dilepas ke laut lepas di Rumah Penyu, Pantai Mampie.
“Jadi 60 tukik yang kami lepas pada hari ini, yang memang kebetulan hari penyu sedunia. Selain kami melepas tukik, secara tidak langsung kami juga memberikan edukasi kepada masyarakat yang berkunjung tentang bagaimana pentingnya menjaga kelestarian penyu, habitat penyu dan lain sebagainya,” kata Yusri, melalui sambungan telpon.
Yusri menjelaskan, 60 tukik yang dilepas tersebut merupakan satu sarang. Dan penyu yang ada di Pantai Mampie adalah jenis penyu Lekang atau penyu abu.
Yusri berharap, agar masyarakat, pemerintah dan instansi lainnya dapat lebih peduli kelestarian penyu yang ada di Sulbar, utamanya seperti di Pantai Mampie.
“Kami perlu menyanpaikan bahwa mengonsumsi terlur penyu itu tidak memberikan manfaat yang lebih, dan telur ayam lebih bermanfaat untuk dikonsumsi,” jelas Yusri.
Ia juga memita agar pemerintah terkait memberikan ketegasan untuk tidak membolehkan telur penyu diperjualbelikan di pasaran. Kalau perlu, tambah dia, dinas terkait menyosialisasikan pelarangan penjualan yang memang dilarang dijual contohnya telur penyu.
Selama ini, sebut Yusri, masih banyak telur penyu yang diperjual bebaskan di Pasaran.
Polair juga diharap agar lebih aktif untuk berpatroli, yang dimana menjadi tugas dan tupoksinya untuk melakulan pengawasan.
“Jadi tentu ketika ada aturan yang membatasi, Polair juga aktif mengawasi dan telur penyu sudah dilarang dijual di pasaran, maka itu akan secara tidak langsung masyarakat juga akan mengikuti hal tersebut dan mungkin saja pemburu telur penyu itu berkurang,” tukas Yusri.
Komunitas Sahabat Penyu tidak akan pernah berhenti menyosialisasikan agar kelestarian penyu tetap dijaga, habitat penyu dijaga, dan perkembangbiakan penyu terus diawasi.
Yusri mengutarakan beberapa yang menjadi kendala dalam perkembangan biakan penyu ini. Yaitu : pengeboman di laut yang merusak habitat penyu, pemburuan telur penyu, iklim serta reklamasi.
Yusri juga membeberkan konsep yang diterapkan di Rumah Penyu di Pantai Mampie adalah konsep alamiah yakni penyu dikembang biakkan secara alami.
“Jadi kami terapkan konsep alami. Berbeda dengan tempat lainnya, yang dimana setelah telur penyu menetas dan menjadi tukik itu biasanya dimasukkan dalam bak. Sementara kita disini, setelah menetas kita langsung lepas ke laut lepas,” beber Yusri.
Menurutnya, konsep alamiah seperti memang yang sehatusnya dilakukan karena tukik mempunyai cadangan makanan selama kurang lebih seminggu, sehingga saat telah menetas dan langsung dilepas dilaut lepas maka mereka akan terbiasa untuk mencari makanan di habitatnya, beda dengan harus di bak dulu, itu mereka akan menjadi tidak bisa mandiri, karena terbiasa diberi makanan.
Seperti diketahui, bahwa penyu hidup di habitat laut, dan saat akan berkembang biak dia akan ke daratan untuk bertelur dan membuat lubang. Setelah membuat lubang dan betelur maka akan ditimbun dengan pasir pantai dan sekitar kurang lebih 50 hari baru menetas. (Putra)