Hasil Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2012 mengejutkan semua pihak. Bagaimana tidak, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang selalu berada di posisi teratas berdasarkan hasil survei sejumlah lembaga sebelum pemilihan berlangsung, justru kalah hingga 9 persen suara dengan pasangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama.
Muncul anggapan bahwa hasil survei itu tak luput dari kepentingan tertentu oleh oknum tertentu. Bahkan, tudingan lembaga survey sengaja ‘menjeburkan’ diri dalam pilkada, juga terdengar.
Menanggapi hal itu, Wakil Rektor IV President University, Muhammad AS Hikam, mengatakan perlu adanya perbaikan metodologi dalam survei yang dilakukan oleh berbagai lembaga. “Jika terlalu sering salah, perlu adanya perbaikan dalam metodologi yang dipakai,” kata Hikam kepada Okezone di Jakarta, Jumat (13/7/2012).
Dia juga meminta publik untuk tidak percaya sepenuhnya dengan hasil survei. Karena menurutnya, masyarakat bija saja berubah pikiran dalam menentukan suaranya. Selain itu, juga tidak aturan yang mewajibkan lembaga survei untuk independen sehingga tidak menutup kemungkinan adanya kepentingan tertentu. “Ilmu pengetahuan itu bisa saja salah, tapi tidak boleh bohong. Terlebih kalau surveyor juga berperan menjadi konsultan politik,” terangnya.
Menurutnya, integritas hasil survei dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan. Sehingga, semakin banyak lembaga survei menurutnya semakin baik, terlebih dari kalangan mahasiswa atau media yang lebih bisa dipercaya keindependenannya. “Kalau masyarakat terus dikecewakan, takutnya masyarakat pun jadi tidak percaya sama ilmu pengetahuan,” tegasnya.
“Survei independen yang misalnya dilakukan mahasiswa, media massa, itu baik. Mereka pasti lebih netral dan tidak punya kepentingan,” pungkasnya.(pilkadadki2012.com)