Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko menjadi nara sumber dalam dalam webinar Ikatan Alumni Universitas Terbuka (IKA-UT), bertema “Kepahlawanan dalam Rangka Meningkatkan Semangat Kebangsaan, Kamis (10/11).
Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko mengatakan, peringatan Hari Pahlawan harus dimaknai dengan konteks kekinian. Di mana, saat ini dan masa depan, Indonesia menghadapi tiga tantangan kebangsaan. Yakni, bonus demografi, disrupsi, dan ketidakpastian situasi global. Moeldoko menyampaikan ini, dalam webinar Ikatan Alumni Universitas Terbuka (IKA-UT), bertema “Kepahlawanan dalam Rangka Meningkatkan Semangat Kebangsaan, Kamis (10/11).
Menurut Moeldoko, tantangan yang ditimbulkan dari kehadiran bonus demografi, yakni tingginya tenaga kerja dengan pendidikan menengah ke bawah, dan daya saing tenaga kerja yang relatif rendah. Di mana pada 2020, Indonesia menempati posisi ke 40 dari 63 negara dalam IMD World Competitivenes.
“Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan program kartu-kartu pintar mulai SD sampai perguruan tinggi. Pemerintah juga menerapkan merdeka belajar dan kampus merdeka. Ini semua untuk mempersiapkan kehadiran bonus demografi,” kata Moeldoko.
Tantangan kedua, lanjut dia, yakni terjadinya disrupsi di segala bidang. Seperti teknologi informasi, kesehatan, keuangan, dan pertahanan. Moeldoko menilai, disrupsi telah memunculkan pasar baru dan menggantikan berbagai hal terdahulu dengan sistem yang lebih sempurna.
“Perlu ide baru yang dijalankan dengan cara-cara baru untuk menyikapi ini. Kalau idenya baru, caranya masih kebiasaan lama, ya sama saja,” ujarnya.
Panglima TNI 2013-2015 ini juga mengingatkan soal tantangan ketidakpastian situasi global. Di mana setelah dihantam pandemi COVID19 yang belum sepenuhnya tuntas, kondisi global diperburuk lahi oleh perang Rusia-Ukraina yang menimbulkan dampak luar biasa.
“Sekarang bangsa-bangsa di dunia dihadapkan pada ancaman krisis ekonomi, energi, pangan dan keuangan. Bagaimana dengan Indonesia? Untuk saat ini kondisi kita masih relatif baik. Ekonomi masih tumbuh, harga-harga terkendali, inflasi kita juga masih terjaga. Ini menunjukkan Indonesia punya daya tahan,” terangnya.
Menghadapi tiga tantangan kebangsaan tersebut, menurut Moeldoko, Indonesia butuh pemimpin yang berani bergerak dari zona nyaman, mampu memotivasi, dan berani membuat perbedaan. Sebab, kondisi global saat ini tidak bisa diprediksi. Perubahannya sangat cepat, penuh risiko, banyak kerumitan dan kejutan.
“Jika kita tidak Move atau bergerak, Motivate atau mampu memotivasi orang yang dipimpin, dan Make Difference atau membuat perbedaan, maka kita akan tertinggal jauh dengan negara lain. Sekarang ini yang dibutuhkan kecepatan,” pungkas Moeldoko. (Rizaldy/KSP)