
Oleh: Supriadi (mahasiswa IAIN Parepare sekaligus aktivis)
Hubungan antara Iran dan Israel telah lama menjadi salah satu titik panas dalam geopolitik Timur Tengah.
Ketegangan ini bukan hanya soal pertentangan ideologi atau kepentingan nasional, melainkan juga cerminan dari konflik regional yang lebih luas, melibatkan kekuatan global dan pengaruh strategis di kawasan yang kaya akan sumber daya dan sejarah panjang.
Iran memandang Israel sebagai ancaman terhadap eksistensinya, terutama karena kedekatan Israel dengan Amerika Serikat dan dukungannya terhadap kelompok kelompok yang dianggap musuh oleh Teheran.
Sebaliknya, Israel menganggap Iran sebagai ancaman eksistensial, terutama karena program nuklir Iran dan dukungannya terhadap kelompok seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.
Konflik ini tidak bisa dipahami secara hitam-putih. Ketegangan antara Iran dan Israel adalah hasil dari akumulasi kebijakan luar negeri, dinamika sektarian, dan kepentingan strategis yang saling bertabrakan.
Solusinya tidak bisa hanya bergantung pada kekuatan militer, tetapi membutuhkan pendekatan diplomatik yang jujur dan inklusif.
Dunia internasional memiliki peran penting dalam meredam eskalasi. Jika kekuatan global seperti AS, Rusia, dan Uni Eropa terus menjadikan wilayah ini sebagai ajang tarik-menarik kepentingan, maka perdamaian akan semakin sulit tercapai.
Melihat perkembangan terakhir, termasuk serangan balasan lintas batas dan potensi keterlibatan aktor non negara, situasi semakin mengkhawatirkan.
Yang dibutuhkan saat ini bukan hanya tekanan internasional, tetapi juga keberanian dari kedua belah pihak untuk membuka jalur dialog meskipun itu tampak mustahil saat ini.
Konflik Iran dan Israel tidak akan selesai dalam semalam, namun opini ini penting sebagai pengingat bahwa jalan diplomasi, betapapun terjalnya, adalah satu-satunya opsi yang benar-benar berkelanjutan.
Dunia tidak bisa terus membiarkan konflik ini menjadi bara api yang sewaktu waktu bisa membakar kawasan secara luas.