Muh. Ishaq Firdaus didampingi pembimbingnya dan sekaligus guru matematikanya di SMA Negeri 1 Majene, Sumardi.
Mandarnews.com – Salah satu siswa berprestasi dari SMA Negeri 1 Majene adalah Muh Ishaq Firdaus. Ia berhasil mancatatkan diri dalam daftar siswa cerdas di antara orang cerdas di sekolah tertua di Mandar/Sulawesi Barat, SMA Negeri 1 Majene atau SMA 165 itu.
Nama Ishaq dikenal publik tatkala menjadi utusan kabupaten Majene ke tingkat Provinsi Sulawesi Barat dalam ajang olimpiade sains nasional (OSN) 2018 . Popularitas Ishaq meningkat setelah berhasil menjuarai OSN tingkat provinsi dan akhirnya mewakili Sulawesi Barat ke tingkat nasional. Jadilah ia masuk daftar peserta OSN tingkat nasional yang diselenggarakan di Padang Sumatera Barat, 1 – 7 Juli 2018. Ishaq berada dalam list peserta nomor 84 dari 85 peserta olimpiade.
Siapa sih sebenarnya cowok cerdas ini ? Ishaq bisa dijadikan gambaran sebagai sosok anak yang sederhana. Tapi cita-cita tidak sederhana. Ia mau jadi dokter.
Mau tahu sesederhana apa cowok ini ? Ia berangkat ke sekolah tidak mengendarai sepeda motor seperti pelajar lain yang pada umumnya mengendarai motor mesti belum cukup umur untuk mengantongi surat izin mengemudi (SIM). Padahal Ishaq tinggal jauh dari dari sekolahnya. Jauh dari sekolah sering jadi alasan para orangtua membiarkan anaknya melanggar aturan berkendara.
Apakah orangtua Iqbal tidak mampu membelikannya sepeda motor ? Tentu saja bukan itu alasannya. Sebab orang tua Iqba, ibu – bapak, adalah seorang pegawai negeri. Bahkan Bapaknya, Firdaus, salah satu kepala sekolah SD di kampungnya. Ibunya, Siti Habibah, juga seorang guru di SD tempat Ishaq menyelesaikan pendidikan dasar di Pambusung.
Iya benar. Ishaq bukan warga Majene tapi sekolah di Majene. Ishaq berdomisili di Sabang Subik Pambusuang Kabupaten Polewali Mandar. Cowok keren kelahiran Polewali 30 Oktober 2001 ini, sehari-hari, ke sekolahnya menumpang “pete-pete” (angkutan kota). Dari Pambusung ke SMA Negeri 1 Majene berjarak sekira 13,9 kilometer. Waktu tempuh sekira 22 menit dengan kondisi jalan normal. Kentara kan daya juangnya. Cowok baanget.
Ishaq sekarang duduk di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Majene. Dari posisinya sekarang, ia masih bisa mengikuti lomba OSN. Ia bertekad bisa menjadi juara nasional.
Apa kamu yakin ? Dibalik daya juangnya, terselip kekuatiran. Masalahnya, di daerah kita belum ada fasilitas penyediaan pembimbing khusus. Dari informasi yang diperolehnya selama ikut lomba, peserta olimpiade dari daerah lain digembleng khusus para pakar yang memang konsentrasi membimbing calon peserta olimpiade. Jadi Ishaq juga berharap agar yang memiliki kewenangan bisa menfasilitasi penyediaan pembimbing khusus.
“Selain untuk membantu para peserta olimpiade, dengan adanya pembimbing khusus akan meningkatkan gairah berkompetisi di kalangan pelajar,” ujarnya kepada Mandar News ketika disambangi di sekolahnya baru-baru ini.
Darimana Ishaq mendapatkan kecerdasan kalau ternyata tidak ada pembimbing khusus. Menurut Sumardi, S.Pd.,MPd., guru matematika SMA Negeri 1 Majene, kemampuan Ishaq datang dari dirinya sendiri.
“Ishaq belum mendapatkan polesan yang memadai karena kami di sekolah tidak bisa fokus sebab banyak tugas lain dan semua siswa harus diperhatikan. Jadi kemampuan Ishaq murni datangnya dari dalam diri Ishaq sendiri,” kata Sumardi, yang juga Wakasek Humas SMA Negeri 1 Majene ini.
Sumardi berharap, selain ada pembimbingan khusus terhadap peserta olimpiade, mereka juga mesti difasilitasi mengikuti lomba-lomba sebelum memasuki olimpiade. Alasannya, ajang lomba-lomba tersebut bisa menjadi evaluasi mengukur kemampuan. Sumardi juga berharap mereka yang berprestasi agar mendapatkan reward dari pemerintah baik dari kabupaten maupun pemerintah provinsi.
Berita terkait : https://mandarnews.com/2018/08/06/upaya-genjot-prestasi-siswa-terbentur-anggaran/
Lalu darimana Ishaq memiliki kemampuan ? Apakah itu tercipta sendiri sejak lahir ? Ternyata tidak. Kemampuan matematika yang dimiliknya tak terlepas dari cara belajar yang diperolehnya ketika mengenyam pendidikan di SD.
Menurutnya, ketika duduk di kelas 4 SD, Ishaq sudah menggemari matematika. Ini ditunjang metode disekolahnya. Sekolah tempat Ishaq belajar selalu mengikutkan murid kelas 4 ketika ada jadwal les kelas 5 dan 6. Jadi mereka sudah terbiasa dengan les sejak kelas 4. Metode ini cukup berhasil ditandai dengan munculnya anak-anak berprestasi.
Buktinya, ada teman seangkatannya yang meraih emas tingkat nasional di ajang lomba lingkup Kementerian Agama karena temannya itu sekolah di Madrasah Aliyah di Polewali Mandar. Nah, metode belajar sangat penting dan mesti dibangun semangat belajar sejak dini.
Ok. Semangat terus Ishaq, raih cita-citamu. Dan semoga Ishaq-Ishaq yang lain bermunculan di Sulawesi Barat sehingga semangat menempuh pendidikan dan meraih prestasi terus meningkat.(*)