Mamuju, mandarnews.com – Dua jurnalis, Jasman dari Radar Sulbar dan Syarif dari Rakyat Sulbar mengalami perlakuan berlebihan dari pengamanan debat kandidat Pemilihan Gubenur dan Wakil Gubernur (Pilgub) Sulbar yang kedua di Ball Room Hotel D’maleo, Mamuju Minggu 29 Januari 2017 kemarin. Keduanya dilarang masuk di arena debat.
Syarif yang juga pimpinan redaksi di Rakyat Sulbar menceritakan, kejadian itu bermula saat ia bersama Jasman datang di lokasi debat. Ia dan Jasman akan masuk di pintu utama yang dijaga aparat pengamanan.
“Saya datang sama Jasman. Pas di depan pintu metal detector saya perlihatkan id card khusus jurnalis yang dibagikan KPU. Langsung salah seorang Polwan bilang, tidak bisa masuk karena acara sudah dimulai,” kata Syarif via Whatsapp.
Meski menggunakan id card khusus yang dibagikan KPU, Syarif dan Jasman tetap dilarang masuk. Menurut Syarif, polisi yang berjaga dipintu masuk beralasan bahwa ia dan Jasman datang terlambat.
“Jadi saya sama Jasman tidak memaksakan masuk. Setelah itu Jasman lihat orang lalu lalang di pintu yang satu. Saya pun sama Jasman berniat masuk lewat pintu tanpa metal detector. Tiba-tiba datang brimob berpakaian keki bilang sudah tidak bisa masuk. Kemudian saya foto saja,” cerita Syarif.
Ia bersama Jasman pun memutuskan untuk menyaksikan debat kandidat lewat tv di Lobo Hotel D’maleo. Tapi lagi-lagi Syarif Kecewa. Tayangan TVRI Sulbar tidak sesuai suara dan gambar yang dtampilkan.
“Naik lobi hotel nonton lewat tv tapi gambar debat kandidat lain suaranya lain juga gambarnya. Suara yang keluar suara pemain tinju. Jadi saya dengar suara debat kandidat lewat RRI (Radi Republik Indonesia) yang live juga,” katanya.
Syarif sangat kecewa atas kejadian tersebut. Ia meminta kepada KPU dan pihak pengamanan untuk tidak berlebihan dalam memperlakukan jurnalis.
“Kecewa, untuk apa itu id card dibagi kalau kita tidak bisa digunakan. Lain kali kalau bikin debat tidak usah bagi id card. Cukup yang cepat datang itu yang dimasukkan,” kesal Syarif. (Irwan)