Dewan Kebudayaan Mandar akan menggelar Kongres Kebudayaan Mandar akhir bulan Mei mendatang di Mamuju. Pokok bahasan utama dalam kongres budaya ini adalah tentang kebudayaan masyarakat maritim Mandar.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan direncanakan membuka secara resmi kongres kebudayaan Mandar yang mengambil tema “ Kebudayaan Maritim Mandar; masa lalu, hari ini dan masa depan”.
Ketua Dewan Kebudayaan Mandar, Muhaimin Faisal dalam siaran persnya, Minggu (27/03) menjelaskan pihaknya menargetkan jumlah peserta yang akan hadir lebih dari 300 orang berasal dari beragam latar belakang pendidikan, profesi dan keahlian khususnya di bidang kebudayaan dan kemaritiman.
“ Selain acara inti yakni membahas tentang Kebudayaan Maritim Mandar, di kongres mendatang juga akan diisi dengan pameran buku, literasi media, ceramah ilmiah dan pameran foto,” ungkap Ketua Dewan Kebudayaan Mandar, Muhaimin Faisal.
Lebih lanjut Muhaimin menjelaskan pihaknya telah menjalin komunikasi dengan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait rencana pembukaan acara kongres kebudayaan oleh Menteri Anies Baswedan.
Menurutnya kongres Membicarakan tentang keberadaan peradaban maritim Mandar juga tidak dapat dipisahkan dengan peristiwa permusyarwaratan yang diselenggarakan di Luyo Tabasalah yang menghasilkan perjanjianAllamungan Batu di Luyo.
Isi pokok perjanjian itu adalah kesepakatan bersama untuk menjamin ketentraman kerajaan-kerajaan persekutuan. Itulah sebabnya pengaturannya adalah Pitu Ulunna Salu (Tujuh Kerajaan Hulu Sungai) mengemban kewajiban menangkal musuh yang datang dari arah pedalaman sementara Pitu Babana Binanga (Tujuh Kerajaan Muara Sungai) menangkal musuh yang datang dari arah laut.
Persekutuan itu di ibaratkan bagaikan sebuah pupil mata yang terpadu warna hitam dan putih, paduan yang mengfungsikan mata. Perjanjian Luyo ini kemudian dikenal dengan istilah Sipamandar yang berarti saling kuat menguatkan. Suatu perjanjian yang mirip dengan perjanjian pakta pertahanan di era modern saat ini.
Pentingnya memahami sejarah kebudayaan maritim ini adalah untuk merekonstruksi dinamika kebudayaan maritim di Nusantara yang pernah jaya dimasa lampau, jauh sebelum kolonialisme tiba di Nusantara. Kota-kota kerajaan yang berada di pesisir pantai di wilayah Sulawesi Barat ini dulunya adalah kota-kota pelabuhan yang menjadi titik simpul perdagangan laut yang juga menjadi tempat berkumpulnya kapal-kapal dagang dari berbagai wilayah di dunia.
Ironisnya setelah kemerdekaan perhatian pemerintah terhadap sektor kemaritiman justru minim dibanding pada sektor lainnya.
Koordinator pengarah ( Stering committee ) Kongres Kebudayaan Mandar, Asmadi Alimuddin menambahkan tema kongres tentang kemaritiman sesuai dengan 7 (tujuh) Misi Pembangunan Nasional Jokowi – Jusuf Kalla sebagai penjabaran dari Visi Pembangunan Nasional Tahun 2015 – 2019 yakni pada poin Enam : Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.
“ Kami mengajak seluruh masyarakat, pemerintah, media massa, pihak swasta, seniman, budayawan, kalangan akademisi, pegiat dan aktivis budaya serta kalangan profesional untuk bekerjasama mensukseskan pelaksanaan kongres ini’. Kata Asmadi . (Afsar)