Mamuju, mandarnews.com – Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo jadi pembicara utama dalam Talk Show “Jurnalisme dan Tantangannya” yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Mandar di Hotel Pantai Indah Mamuju, Rabu 23 Agustus 2017.
Acara itu dihadiri sejumlah kalangan. Diantaranya Kabid Humas Polda Sulbar, AKBP Mashura, Kapenrem 142 Tatag, Mayor Inf Haryono, Ombudsman Sulbar, Lukman, Komisioner Komisi Informasi Publik (KIP), Andi Fachriadi, perwakilan Humas Pemprov Sulbar, perwakilan Pemkab Mamuju, Andi Rasmuddin.
Pada kesempatan itu, Yosep Adi Prasetyo yang akrab disapa Stanley ini menyampaikan isu penting tentang tantangan jurnalisme saat ini. Seperti fenomena hoaks, media dan wartawan atau jurnalis abal-abal.
Dalam materi yang disampaikan Stanley, media abal-abal biasanya memakai lambang yang menakutkan dan tidak ada kaitannya dengan dunia jurnalisme. Seperti logo pistol dan atribut penegak hukum yang terkesan menakut-nakuti narasumber.
“Ciri media abal-abal, tidak berbadan hukum, alamat redaksi tidak jelas, tidak menyantumkan nama penanggung jawab, terbit temporer (kadang terbit, kadang tidak), bahasa tidak standar, menggunakan namau yang terkesan menakutkan (KPK), BIN, BNN, ICW, Buser, Bhayangkara dan lain lain. Itu dilarang dewan pers. Isi berita melanggar kode etik,” kata Stanley.
Sementara untuk wartawan abal-abal, kata Stanley, biasanya berpenampilan sok jago dan tak tahu etika. Mengaku dari organisasi wartawan tidak jelas di luar dari PWI, AJI dan IJTI. Kerap kali mereka merusak citra profesi wartawan dengan melakukan pemerasan dan perilaku lainnya yang melanggar kode etik.
Saat ini, Dewan Pers terus melakukan upaya untuk menverifikasi seluruh media di Indonesia. Termasuk mendorong wartawan untuk melakukan uji kompetensi. Dewan Pers menargetkan, seluruhnya bisa tercapai pada akhir tahun 2018. (Irwan Fals)