Saat Tim PDB mengedukasi masyarakat mengolah ikan terbang menjadi abon.
Majene, mandarnews.com – Ikan Terbang merupakan salah satu ikon atau kuliner khas yang dimiliki oleh Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Salah satu daerah yang terkenal akan penyajian sejumlah kuliner dari ikan terbang Kelurahan Mosso, Kecamatan Sendana.
Saat memasuki daerah ini, anda akan disuguhi dengan jejeran warung-warung makan yang bisa dipastikan akan menyediakan ikan terbang. Mulai ikan terbang yang diasap, dibakar bahkan digoreng.
Namun, seiring berjalannya waktu, warung-warung ini pun terlihat tidak seperti dahulu. Pasalnya semakin sini, warung-warung yang ada di wilayah ini kian sepi. Padahal jauh sebelumnya, warung-warung di daerah ini merupakan primadona oleh para sopir dan penumpang untuk disinggahi untuk makan. Baik yang melakukan perjalanan dari Makassar
menuju Mamuju atau juga sebaliknya.
Banyaknya warung moderen dan variasi makanan yang lebih mengikuti perkembangan membuat warung makanan di Mosso kalah saing. Dan secara tidak langsung pun membuat sektor perekonomian warga setempat menjadi menurun.
Melihat permasalahan tersebut, Dosen Universitas Sulawesi Barat bekerja sama dengan Dosen Universitas Hasanuddin dan Pemerintah setempat tergugah untuk melakukan berbagai upaya atau inovasi-inovasi agar warung-warung tersebut dapat kembali menjadi pilihan serta pendapatan masyarakat setempat bisa kembali jauh lebih baik.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Dosen Unsulbar bersama Dosen Unhas dan pemerintah setempat dengan pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Pemberdayaan Desa Binaan yang dilakukan di Kelurahan Mosso, Kecamatan Sendana, Majene dengan tema Pengembangan Kelurahan Mosso sebagai Sentra Pengolahan Ikan Terbang melalui Inovasi Teknologi, Diversifikasi Produk dan Penataan Kawasan, Sabtu (31/8/24).
Ketua Tim Pemberdayaan Desa Binaan (PDB), Dr. Muhammad Nur mengatakan tujuan dari kegiatan ini mengembangkan Kelurahan Mosso sebagai sentra pengolahan ikan terbang yang maju dan mandiri. Serta
Meningkatkan ekonomi dan pendapatan kelompok masyarakat pengolahan ikan terbang.
“Termasuk menciptakan inovasi hasil riset unggulan berupa alat pengasapan sederhana tepat guna sistem tertutup hasil kolaborasi Universitas Sulawesi Barat dan Universitas Hasanuddin yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Meningkatkan kulitas dan kapasitas produksi kelompok pengasapan dan pengeringan ikan serta menciptakan produk abon yang sesuai dengan standar dan berdaya jual juga menciptakan pengemasan produk yang menarik dan pemasaran digital,” jelas Muh. Nur.
Menurutnya, penciptaan alat pengasapan dengan sistem secara tertutup untuk mengembangkan ikan terbang sebagai salah satu produk khas di Mosso.
“Alat ini menggunakan sistem secara tertutup dimana ikan dibakar melalui tungku pengapian sehingga ikan yang dihasilkan menjadi lebih cepat matang. Penggunaan bahan bakar juga lebih sedikit dan ikan yg dihasilkan lebih higenis.
Asap yang dihasilkanpun dari pembakaran terkumpul menjadi satu dan keluar melalui cerobong dari alat, sehingga lebih ramah lingkungan dan tidak terlalu mengganggu aktivitas masyarakat,” imbuh Nur.
Selain itu pihaknya jug melakukan pendampingan pengemasan dan pemasaran secara digital.
Ketua Jurusan, Dr. Tenriware menyampaikan kegiatan ini merupakan bagian dari Tridarma peguruan tinggi, melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan ini dilaksanakan di Kelurahan Mosso yang merupakan binaan Unsulbar. Kegiatan ini juga merupakan komitmen jurusan perikanan Unsulbar sebagai mitra pendamping masayarakat khususnya masyarakat nelayan untuk bisa lebih maju dan sejahtera.
Ramli B, Kepala bidang Penguatan Daya Saing Produk Perikanan, DKP Kab Majene menyebut kegiatan ini selaras dengan Program Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Majene, yaitu meningkatkan daya saing produk perikanan di Kabupaten Majene. Khususnya ikan terbang.
DKP Majene sangat berharap produk yang dihasilkan dapat berdaya saing, memiliki kualitas yang baik sehingga dapat menembus pasar yang lebih jauh.
Pemerintah Sekertaris Lurah Mosso, Idhan Kamase menyampaikan program ini merupakan tahun ke dua dan dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat.
Kegiatan ini mendukung kegiatan ekonomi di kelurahan mosso. Kegiatan ini juga mendukung pencapaian RPJM Keluharan Mosso sebagai sentra ikan terbang yang Maju.
Selain itu, terkhusus sentra kuliner terbang, pengunjung mulai berkurang sehingga diharapkan dengan inovasi dari Unsulbar dan Unhas di wilayah ini dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Sementara itu, Dr. Fahrul yang hadir sebagai pemateri yang memaparkan materi proses Produksi Ikan Asap yang sesuai standar membeberkan dalam membuat produk penting memperhatikan Standar Operating Procedur (SOP) dan Standar Sanitation Operational procedur(SSOP).
Hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan berkualitas dan bernilai jual tinggi.
Menurutnya, diversifikasi produk seperti pembuatan olahan abon, bakso dari ikan terbang diharapakan dapat memberikan nilai tambah dari prodak hasil tangkapan ikan terbang yang ada di Majene khususnya Kel. Mosso.
“Dan akan memberikan nilai tambah kepada kelompok pengolah ikan terbang. Prodak-prodak olahan ini juga akan meningkatkan konsumsi protein ikani bagi anak-anak, yang sangat membutuhkan dalam proses pertumbuhan sehingga dengan konsumsi protein ikani ini maka tingkat kecerdasan dan kesehatan anak-anak dapat meningkat. Dan bisa menjadi bagian dari antisipasi atau upaya pencegahan stunting bagi anak-anak,” jelas Fahrul.
Penyuluh DKP Majene, Ahdiyat menambahkan,
pentingnya legalitas usaha agar produk dapat mengjangkau konsumen dan pemasaran yang lebih luas.
Wulan Ayuandiani yang juga memaparkan materi terkait manajemen usaha dan pemasaran menyampaikan, dalam melakukan usaha perlu melakukan manajemen usaha, meliputi manajemen bahan baku, manajemen produksi, manajemen pemasaran dan analisa keuangan.
Hal ini bertujuan untuk mengatur kondisi usaha, pemasukan dan pengeluaran usaha, untung rugi usaha tercatat sehingga pendapatan usaha dapat terkelola dengan baik.
Ketua Kelompok Pengolahan dan Pemasaran hasil perikanan (Pokhlashar) Siamasei Rendiansyah mengatakan adanya kegiatan PDB yang dilakukan oleh dosen Unsulbar dan Unhas sangat membantu masyarakat dalam hal peningkatan produktifitas.
Dirinya juga menyebutkan, selain membantu para kelompok usaha dalam hal efesiensi bahan bakar juga membantu masyarakat untuk efesiensi waktu.
“Dimana sebelumnya memerlukan waktu hingga 3 jam saat proses pengasapan namun dengan adanya alat ini hanya memakan waktu kurang lebih sejam saja,” kata Rendiansyah.
Kelompok masyarakat lainnya, Sunarti menyebutkan, dengan adanya edukasi dan inovasi yang diberikan oleh Tim PDB, tentunya sangat membantu masyarakat dalam menghasilkan berbagai produk olahan dari ikan terbang seperti abon ikan terbang, bakso ikan dan beberapa olahan lainnya.
“Kami sangat berterima kasih kepada para tim atas inovasi dan pendampingan yang dilakukan. Ke depannya ini akan menjadi pendapatan baru bagi masyarakat dalam peningkatan ekonomi,” tutup Sunarti.
Hal senada juga disampaikan oleh Rasti Sapri. Dirinya menyampaikan terima kasih kepada Tim PDB yang telah mengedukasi pengemasan ikan terbang yang jauh lebih modern menggunakan plastik kemasan stand up pouches.
“Adanya edukasi proses pengemasan, masyarakat yakin bahwa produk yang dikemas bisa lebih bersih, aman dan bisa tahan lama karena tidak kontaminasi langsung tangan manusia serta bisa lebih menarik dan dapat menarik konsumen,” ucap Rasti.
“Ini sangat membantu masyarakat. Termasuk proses edukasi pemasaran melalui media sosial berbagai platform. Padahal sebelumnya masyarakat setempat hanya memasarkan dengan memajang di depan warung-warung dan juga menggunakan kemasan yang biasa-biasa saja,” tutupnya.
(Ptr)