Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Trijoko M. Solehoedin melihat lebih dekat penanganan dan pengelolaan sampah di Desa Punggul, Badung, Bali, Jum’at (10/11).
Bali – Kantor Staf Presiden mendorong desa-desa di Indonesia mencontoh pola penanganan dan pengelolaan sampah di Desa Punggul, Kabupaten Badung, Bali. Desa di Kecamatan Abiansemal tersebut, berhasil mengelola sampah secara tuntas dan tidak ada sampah yang keluar dari desa.
“Kami mengharapkan ada lebih banyak lagi daerah yang bisa mencontoh Desa Punggul. Ini contoh nyata mengubah sampah menjadi berkah. Lingkungan terjaga, masyarakat sejahtera,” ujar Trijoko M. Solehoedin, Tenaga Ahli Utama Kedeputian I KSP, saat berkunjung ke Desa Punggul, Jum’at (10/11).
Kepala Desa Punggul, Kadek Sukarma, menceritakan pengelolaan sampah di Desa Punggul berawal dari keprihatinan melihat pintu masuk Desa yang terkesan sengaja dijadikan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar. Bahkan terdapat warga di luar kabupaten yang ikut membuang sampah di situ.
Selang beberapa tahun, sambung dia, desa yang memiliki motto āSampah Desa Tuntas di Desaā ini berhasil menjadi salah satu desa terbersih di tingkat nasional. Hal ini dilakukan dengan kerja serius program-program seperti Bank Sampah, TPS 3R, dan Tong Edan. Pemerintah Desa juga turut dibantu oleh Bhabinkamtibmas dan Babinsa untuk rutin melakukan sosialisasi dan edukasi kepada warga.
Masih kata Kadek Sukarma, permasalahan sampah di desa Punggul berawal dari rumah tangga sehingga penyelesaiannya pun harus diawali dari rumah tangga. Untuk itu, setiap rumah diminta memilah sampah menjadi plastik dan non-plastik. Sampah plastik diangkat setiap hari Selasa, dan sampah non-plastik diangkat setiap hari Jumat secara gratis.
Di setiap rumah tangga juga disediakan Tong Edan, dimana sisa atau limbah makanan dimasukkan ke dalam Tong Edan kemudian disemprotkan dengan cairan liang setiap hari. Ini dilakukan untuk mengurangi bau dan nantinya dapat digunakan sebagai pupuk cair dan kompos untuk tanaman di rumah.
Semua sampah yang ada hari itu diproses tuntas hari itu juga di TPS 3R. Proses pengolahan sampah kemudian menghasilkan produk ekonomi sirkular seperti souvenir, benda kerajinan, ukiran, dan lain sebagainya. “Kami tidak membiarkan sampah ditumpuk kecuali sampah plastik yang dikumpulkan dalam keadaan bersih, sehingga sampah tidak menimbulkan bau kemana-mana,” ujar Kadek Sukarma.
Desa Punggul juga merupakan Desa Program Komunitas Iklim (ProKlim) yang merupakan program pengendalian perubahan iklim di tingkat tapak. Program ini dikembangkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Pengendalian dan Perubahan Iklim (PPI).
“ProKlim menjadi salah satu bentuk nyata kontribusi masyarakat di tingkat tapak dalam pencapaian target NDC Indonesia, yaitu dengan aksi nyata mewujudkan ketahanan iklim dan gaya hidup rendah emisi gas rumah kaca,” terang Haryo Pambudi, Kepala Balai PPI Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Sebagai informasi, Kunjungan kerja tim Kantor Staf Presiden ke desa Punggul untuk meninjau langsung pelaksanaan program Kampung Iklim (Proklim). Program yang diluncurkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ini merupakan program sinergi aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang berlingkup nasional. Tujuannya meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk penguatan kapasitas adaptasi dan penurunan emisi gas rumah kaca. (Rizaldy/KSP)