Relawan mengunjungi lokasi gempa Halmahera
Halmahera Selatan, mandarnews.com – Gempa yang mengguncang Halmahera Selatan, Senin (15/7/2019) lalu berbeda dari gempa-gempa sebelumnya, sebab lokasi di daerah tersebut tak mudah.
Medan yang sulit tidak hanya ditempuh lewat jalur darat, akan tetaapi laut dan udara pun menjadi solusi saat ini demi sampainya logistik ke daerah terdampak.
Wilayah terjauh disekat oleh laut yang membentang luas. Untuk sampai disana, membutuhkan perahu motor yang tak sedikit lantaran bantuan harus diangkut dengan cepat ke wilayah terluar.
Dari laporan yang diterima, hingga saat ini, enam orang korban meninggal telah teridentifikasi. Lima korban diakibatkan reruntuhan bangunan, sedangkan satu korban meninggal di pengungsian.
Satu korban meninggal dunia, Saima (90), warga Nyonyifi meninggal dunia di pengungsian daerah dataran tinggi di Desa Nyonyifi, Kecamatan Bacan Timur.
Nama-nama korban meninggal dunia lainnya pasca gempa tersebut yakni Aisyah (54 tahun), asal Desa Ranga-Ranga, Gane Barat Selatan, Aspar Mukmat (20) dari Desa Gane Dalam, Gane Timur Selatan, Sagaf Girato (50) dari Desa Yomen, Joronga, Aina Amin (50) dari Desa Gane Luar Kec. Gane Timur Selatan, dan Wiji Siang (60) dari Desa Gane Luar Kec. Gane Timur Selatan.
Sementara itu, bantuan logistik terus mengalir untuk penanganan darurat, baik dari pemerintah maupun Non Goverment Organization (NGO).
Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) telah mengirimkan satu unit helikopter Mi-8 untuk mendistribusikan bantuan, seperti tenda keluarga dan barang lainnya. Sedangkan bantuan tenda lain telah disiapkan pengirimannya melalui pesawat Hercules yang tiba pada Selasa malam (16/7/2019).
Selain pengiriman via udara, BNPB telah mengirimkan dukungan logistik melalui kapal. Bongkar muat dari kapal tanker ke kapal yang lebih kecil telah dilakukan.
Sejauh ini, Pemerintah Halmahera Selatan telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan penanganan darurat. Dapur umum dioperasikan oleh pemerintah daerah (pemda) yang dibantu TNI dan Polri serta NGO FOZ untuk melayani sembilan pos pengungsian di Kota Labuha. Pemerintah setempat pun menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari, terhitung 15-21 Juli 2019.
Pada Rabu (17/9/2019), LAZIS Wahdah dan Wahdah Peduli bersama tim Gabungan TNI, POLRI, TAGANA, BNPB dan NGO yang tergabung dalam FOZ melakukan penyisiran dan assessment ke seluruh area pesisir Kecamatan Gane Luar, Gane Dalam, Gane Barat, serta ke Pulau Obi.
“Di Halmahera, kita sangat kesulitan untuk akses masuk ke pulau-pulau. Jarak yang jauh membutuhkan waktu lama. Jika kita pakai perahu kayu bisa sampai 12 jam. Kalau pake speedboat bisa capai 4 jam saja,” kata salah seorang relawan, Syukri Turusi.
Selanjutnya, tim memetakan pembagian distribusi logistik dan pelayanan medis untuk para korban gempa. Dua kapal motor pun dikerahkan dalam proses pemetaan titik-titik pelayanan untuk korban gempa Halmahera Selatan.
Editor: Ilma Amelia