Majene – Duet mahasiswa Hubungan Internasional dengan Teknik Informatika Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) berhasil tampil sebagai juara pertama dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah ( LKTI ) 2016. Kedua mahasiswa itu merancang komik bahasa Mandar sebagai wadah pelestarian bahasa daerah. LKTI antar mahasiswa Unsulbar tersebut merupakan bagian dari perayaan Dies Natalis Unsulbar ketiga.
Menurut Ketua Pelaksana LTKI Unsulbar, Supardjo Razasli Carong, perancang komik bahasa Mandar atas nama Andi Fatmala Anas (Hubungan Internasional, 2015) dan Wawan Firgiawan (Teknik Informatika, 2015) meraih poin tertinggi dari total 10 peserta yang berlomba di babak final Kamis (24/11).
Adapun tim juri dalam lomba itu masing – masing Dekan FISIP Dr. Burhanuddin, dekan F-MIPA Dr. Muhammad Abdy, Ketua program studi ilmu Politik Muhammad serta ketua program studi Budidaya Perairan Muhammad Syukri.
Dalam pengumuman panitia, Jumat 25 Nopember 2016, posisi kedua LTKI ditempati Dinda Juli Putri – Nurkumalasari dengan judul karya tulis Potret Wisata Bahari di kota Majene dalam menjawab tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sementara di tempat ketiga diraih Nur Asia dengan judul Pengolahan Nangka menjadi kripik sehat.
“Kami menerima total 34 karya tulis mahasiwa, kemudian dari seleksi awal, yang masuk babak final sebanyak 10 karya tulis,” kata Supardjo yang juga dosen Kehutanan, Unsulbar.
Sementara itu, saat mempresentasekan rancangannya tentang komik bahasa Mandar, Andi Fatmala dan Wawan menjelaskan, dalam komik itu, selain berisi gambar – gambar menarik juga diisi dengan cerita menarik baik cerita rakyat maupun cerita kontemporer khas generasi muda.
Menurut Wawan yang juga merupakan salah seorang reporter media kampus Unsulbar, Karakter, komik bahasa Mandar selain dapat berbentuk konvensional dalam bentuk cetakan, juga sementara dirancang agar komik tersebut dapat dibaca dalam bentuk digital.
“Intinya kita mendorong pelestarian bahasa daerah sebagai salah satu khasanah budaya. Agar generasi muda tertarik mempelajarinya, kita menggunakan wadah komik,” kata Wawan.
Pernyataan senada juga disampaikan Andi Fatmala, menurut mahasiswa asal Bone, Sulawesi Selatan ini, agar bahasa daerah itu tidak punah, perlu terus dilakukan upaya untuk menjaga bahasa daerah tetap dikenal dan dipergunakan generasi muda.
Data yang pernah diumumkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 139 bahasa daerah terancam punah, 15 bahasa daerah lainnya di tanah air dinyatakan punah. (Irwan)