Majene, mandarnews.com – Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2016-2017 menempatkan Majene pada urutan nomor 2 stunting secara nasional. Dari 10 anak di Majene, terdapat 4 orang yang stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Jika ini berlanjut, menurut kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, maka Majene bisa berada pada posisi loss generation di masa mendatang.
Fakta kesehatan ini membuat pemerintah kabupaten Majene gelisah. Pemkab segera mengambil langkah positif dengan melakukan rembuk yang digelar di Ruang Pola Kantor Bupati Majene, Senin (5/11/2018). Dalam rembuk, Pemda menghadirkan Pemerintah Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah (staf ahli dan kepala Dinas Kesehatan) dan Prof. DR. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc., serta Kadis Kesehatan Provinsi Sulbar.
Kehadiran Pemda Banggai dianggap penting karena kabupaten ini berhasil menekan angka stunting dan sudah menjadi model nasional dalam penanggulangan stunting. Pemerintah Kabupaten Banggai sudah tinggi jam terbangnya dalam memberikan presentasi soal upaya mereka dalam menanggulangi stunting. Tak hanya dalam negeri tapi juga di luar negeri, diantaranya di Argentina dan Amerika. Hal ini terungkap dalam materi yang dipaparkan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai, DR. dr. Anang Otoluwa, MPPM.
Dalam materinya, DR. Anang mengungkap, hasil Riskesdas 2013 angka stunting di Kabupaten Banggai tertinggi yakni 35,6 %. Kematian anak tinggi yakni 3,5 dari 10 anak.
“Oleh karena itu, kami membangun perbaikan gizi menuju hari pertama 1000 kehidupan,” sebut DR Anang.
Dukungan Pemda dalam perbaikan gizi sangat besar dengan diterbitkannya beberapa Perbup. Bahkan bupati Banggai seringkali menjadi moderator dan tidak beranjak sampai akhir ketika dilakukan diskusi mengenai perbaikan gizi.
“Pak Bupati juga selalu mewanti-wanti dengan mengatakan ‘jika ada anak lahir tanyakan berapa panjang dan beratnya, bukan siapa suaminya’ di setiap kelahiran anak,” ungkapnya.
Di Banggai, setiap ada orang mau menikah sudah diintervensi. Pemda bekerja sama dengan Dinas Catatan Sipil dan Kemenang. Diberikan kursus bagi calon pengantin.
Upaya yang tak kalah perannya dalam menurunkan angka stunting di Banggai yakni semua kecamatan melaksanakan Posyandu Prakonsepsi dengan melibatkan PKK dan Puskesmas. Setiap Kamis dilakukan penyuluhan gizi. Pembentukan gugus tugas yang diketuai kepala Bapeda bekerjasama dengan Unhas.
“Dan yang terpenting adalah penanganan stunting. Penanganan stunting secara terpadu. Stunting jadi prioritas. Ke depan RPJMdesa akan mengikut,” tandas DR. Anang.
Guru besar Unhas, yang akrab disapa Prof. Aca’, menyarankan agar Pemda Majene mengadopsi langkah yang dilakukan Pemda Banggai. Prof. Aca’ juga menjanjikan kapsul Angel -pengganti kapsul tambah darah- untk ibu hamil.
“Kapsul Angel adalah bantuan dari LSM internasional untuk Banggai tapi saya kira Banggai setuju dengan senang hati jika dibagi sebagian ke Majene. Tapi harus dimakan. Jangan sampai sama dengan dengan kapsul tambah darah tidak dimakan. Prevalensi anemia pada bumil meningkatt padahal tabletr tambah darah meningkat karena tidak dimakan. Anda hitung berapa yang dikeluarkan, bukan memastikan apakah dimakan,” kata Prof Aca yang mengungkap masalah anemia yang tetap meningkat padahal laporan pemberian kapsul tambah darah juga meningkat.
Prof Aca menegaskan bahwa stunting adalah masalah besar karena banyak penyakit tidak menular penyebab dasarnya adalah stunting. Sehingga stunting perlu segera diatasi.
Penyebab stunting, lanjut Prof Aca, adalah gizi yang kurang. Dampat gizi kurang sampai 100 tahun.
“Jika ibu gizi kurang maka dalam dirinya sudah ada telur yang juga gizi kurang maka akan melahirkan anak dan cucu yang gizi kurang. Cucunya juga akan melahirkan anak dan cucu yang gizi kurang,” katanya.
Sedangkan pencegahan dan penanggulangan stunting, menurutnya dengan menerapkan sistem konvergensi intervensi spesifik. Kunci dari konvergensi, seluru Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait konsentrasi pada satu titik yakni stunting.
Ia menyebut tantangan yang akan dihadapi dalam menanggulangi stuntig sebagai berikut : komitmen, integrasi, multi sektor, berbasil hasil, pendekatan gizi, program berbasis masyarakat, dan monitoring yang efektif.
Rembuk stunting yang dihadiri para kepala OPD, 10 kepala desa yang akan dijadikan pilot proyek penanganan stunting, LSM, PKK ini melahirkan beberapa rekomendasi. Diantaranya : percepatan balita stunting secara sistematis tertangani lintas sektor, membentuk pokja stake holder dengan leading sektor Bapeda, mengumpulkan data by name by adress.
Penulis : Rizaldy