Malla meratakan timbunan untuk memperbaiki jalan yang rusak.
Majene, mandarnews.com – Inilah keseharian yang dilakukan oleh Malla, warga Lingkungan Rangas Barat, Kelurahan Rangas, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, beberapa hari belakangan.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, yakni 63 tahun, Malla mendedikasikan sisa hidupnya untuk tetap bisa mengabdi kepada masyarakat.
Sejak minggu lalu, tiap hari dari pagi hingga petang, Malla selalu berada di lokasi jalan lintas barat (linbar) trans Sulawesi Majene-Mamuju, tepatnya di titik Rangas-Palipi Soreang, jalan poros terparah yang mengalami kerusakan.
Keberadaan bapak dari lima anak ini bukan tanpa sebab, ia setiap hari berupaya membuat jalan terparah tersebut agar lebih aman dilalui.
Dengan bermodalkan sendok pasir, linggis, palu, dan gerobak kayu yang didesain sendiri, Malla setiap hari meratakan tiap titik di jalan tersebut.
Malla menggali timbunan yang dianggap terlalu menonjol kemudian memindahkan sisa timbunan itu ke titik yang lebih rendah atau titik yang rentan membuat pengendara terjatuh atau celaka.
Setiap hari inilah yang dilakukan Malla, tak peduli bagaimana teriknya matahari yang membakar kulit keriputnya, tak peduli bagaimana lelahnya tangan yang tak sekuat dulu lagi untuk menggenggam setiap perkakas yang ia pakai, Malla tetap berusaha agar jalan parah tersebut tetap aman untuk dilalui.
Dikonfirmasi saat tengah memperbaiki jalan itu, Selasa (18/1), Malla menyebutkan, apa yang dilakukan saat ini sudah hampir seminggu.
Saat ditanya tentang alasannya, pria tua itu menjawab bahwa mungkin itulah bagian dari surga.
Alasan lainnya, Malla menceritakan, sebelum melakukan perbaikan jalan itu, kesehariannya adalah beternak kambing dan kebetulan mengambil makanan kambing di atas tebing di tepi jalan yang rusak itu.
“Suatu waktu, saya melihat mobil terjungkal saat melalui jalan parah tersebut. Akses jalan itu memang berkelok, terjal, naik turun, miring, serta dipenuhi bebatuan yang membahayakan,” ujar Malla.
Kejadian inilah yang membuat Malla termotivasi agar bisa berkontribusi meskipun hanya sedikit membantu pengendara agar lebih mudah melalui jalan itu.
Di setiap kesempatan, Malla juga tak lupa mengarahkan pengendara ketika melalui jalan itu. Berkat hal yang dilakukan Malla, jalan itu sedikit demi sedikit menjadi agak aman dilalui.
Tak sedikit warga atau pengguna jalan yang mengapresiasi upaya Malla, seperti memberikan semangat pada Malla, memberikan air mineral, makanan, bahkan uang.
Meski demikian, ada juga orang yang menganggap bahwa Malla hanya pencitraan semata dan memanfaatkan situasi.
Apapun alasannya, apa yang dilakukan Malla tetap merupakan kisah yang menginspirasi yang sangat berguna bagi orang banyak.
Karena banyak yang peduli kepada Malla dengan memberikan makanan saat siang hari, Malla hanya beristirahat di sekitar jalan rusak itu dan terkadang hanya berteduh di bawah pohon pisang. Setelah pukul 17:00 wita baru ia kembali ke rumahnya di Rangas Barat.
Setiap hari menuju lokasi dari rumah, Malla harus menempuh jarak seratus meter lebih dengan mendorong gerobak kayu berisi beberapa perkakas. Begitupun saat Malla kembali ke rumah, terkadang gerobaknya dipenuhi pemberian orang.
Namun Malla mengaku, tak setiap hari kondisi itu ia rasakan. Kadang-kadang ia hanya mendapat mineral, tapi tetap disyukuri.
Malla pun berharap, agar pemerintah lebih peduli terhadap kondisi jalan saat ini dan memerhatikan keselamatan dan kenyamanan pengendara.
Malla tinggal bersama satu istri, lima anak, dan 15 cucu. Keseharian Malla beternak kambing dan kadang juga melaut. (Mutawakkir Saputra)
Editor: Ilma Amelia