Penyampaian Hasil Survei Oleh Ketua BPS Sulawesi Barat Win Rizal. Foto: Sugiarto
Mamuju, mandarnews.com – Berdasarkan hasil Survei yang dirilis melalui steaming, Badan Pusat Statistik (BPS) harga konsumen 90 kota di Indonesia pada bulan Maret 2020, menunjukkan bahwa 43 kota mengalami inflasi dan 47 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 0,64 persen dengan IHK 104,20 dan terendah di Pekanbaru, Surakarta, dan Surabaya dengan inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 1,91 persen dan terendah di Tangerang sebesar 0,01 persen. Mamuju menempati urutan ke-2 dari 43 kota yang mengalami inflasi.
“Inflasi di Mamuju pada Maret 2020 terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau 1,89 persen; pakaian dan alas kaki 0,27 persen; perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,48 persen; rekreasi, olahraga, dan budaya 0,05 persen; penyediaan makanan dan minuman/restoran
0,12 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 1,26 persen,” papar Win Rizal Kepala BPS Sulawesi Barat, Rabu (01/04/20).
Sementara itu berdasarkan hasil pemantauan harga eceran berbagai komoditas barang dan jasa yang dilakukan BPS di Kota Mamuju pada bulan Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,62 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 103,03 pada Februari 2020 menjadi 103,67 pada Maret 2020.
Sedangkan tingkat perubahan indeks tahun ke tahun (Maret 2020 terhadap Maret 2019) adalah inflasi 3,56 persen.
“Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya enam indeks kelompok pengeluaran, yaitu: makanan, minuman, dan tembakau 1,89 persen; pakaian dan alas kaki 0,27 persen; perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,48 persen; rekreasi, olahraga, dan budaya 0,05 persen; penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,12
persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 1,26 persen,” imbuh Win Rizal.
Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,31 persen; kesehatan 0,03 persen; transportasi 1,22 persen; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,11 persen.
Sementara itu, kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan atau relatif stabil.
“Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Maret 2020, antara lain: ikan cakalang, rokok kretek filter, ikan layang, ikan baronang, gula pasir, telur ayam ras, ikan katamba, cumi-cumi, ikan tongkol, dan ikan teri,” pungkas Win Rizal.
Pada Maret 2020 dari 11 kelompok pengeluaran, 5 kelompok memberikan andil/sumbangan inflasi, 3 kelompok memberikan andil/sumbangan deflasi, dan 3 kelompok tidak memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi Mamuju.
Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi, yaitu: kelompok makanan, minuman, dan tembakau 0,71 persen; pakaian dan alas kaki 0,02 persen; perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,02 persen; penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,01 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,06 persen.
“Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi, yaitu: kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,06 persen; transportasi 0,13 persen; dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,01 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang tidak memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi Mamuju, yaitu kelompok kesehatan; rekreasi, olahraga, dan budaya; dan kelompok pendidikan,” tutup Win Rizal.
Reporter : Sugiarto