Kabag Humas Pemkab Polman DR. Aco Musaddad (ujung kanan) dalam Ngopi Bareng bersama Media
Polewali, mandarnews.com – Persoalan mengenai kesehatan di Kabupaten Polewali Mandar menjadi topik diskusi dalam Ngopi Bareng bersama Media yang digagas oleh Kepala Bagian (Kabag) Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Polewali Mandar DR. Aco Musaddad, Jumat malam (22/2/2019).
Diskusi tersebut menghadirkan Kabag Tata Usaha Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Polewali Mandar Andi Hizbullah dan Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Pekkabata drg. Chaeriah Dahlan Saleh.
Kegiatan Ngopi Bareng bersama Media yang dilaksanakan di NR Coffee House Kelurahan Pekkabata Kecamatan Polewali ini memang menjadi agenda bulanan Humas Pemkab Polewali Mandar.
“Ke depannya, kegiatan ini akan lebih disempurnakan dengan menghadirkan narasumber yang sesuai dengan isu-isu yang akan dibahas agar kegiatan Ngopi Bareng ini lebih produktif,” ujar Kabag Humas Pemkab Polewali Mandar DR. Aco Musaddad.
Bulan lalu RSUD Polewali Mandar mengeluarkan sebuah keputusan bahwa obat untuk pasien rujuk balik hanya ditanggung oleh RSUD selama 7 hari setiap bulan. Sedangkan 23 hari sisanya, pasien rujuk balik mengambil obat di apotek mitra RSUD Polewali Mandar.
“Alasan kami mengeluarkan keputusan seperti itu karena obat-obatan untuk pasien rujuk balik yang difasilitasi oleh BPJS Kesehatan dan berasal dari perusahaan dibatasi,” kata Kabag TU RSUD Polewali Mandar Andi Hizbullah.
Selain itu, lanjutnya, aplikasi pembelian obat melalui e-katalog juga dikunci sebab RSUD Polewali Mandar masih belum membayar obat-obat yang dibelinya.
“Hal ini dikarenakan klaim bulan Oktober hingga Desember yang belum dibayar oleh BPJS Kesehatan,” sebut Andi Hizbullah lagi.
Sedangkan drg. Chaeriah selaku Kepala PKM Pekkabata menjelaskan beberapa permasalahan dalam wilayahnya, seperti kasus kematian ibu hamil, kasus gizi buruk, dan kasus stunting.
“Angka kematian ibu hamil di Polman pada tahun 2018 mencapai 25 kasus. Untuk mengatasi hal tersebut, saya mensinergikan seluruh kader untuk melaksanakan program Kawal Ibu Hamil,” beber drg. Chaeriah.
Di samping itu, ia juga mengaktifkan kembali Dasawisma dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di wilayahnya sebagai perpanjangan tangan PKM Pekkabata dalam program tersebut.
Untuk kasus gizi buruk, PKM Pekkabata menemukan 12 orang anak penderita. Namun, penanganan terhadap masalah gizi buruk terus dilakukan sehingga hanya tersisa 3 orang anak saja.
“Berdasarkan data dari Dinkes kasus stunting mencapai angka 3000-an lebih. Tapi kita saat ini masih melakukan pengumpulan data untuk mendapatkan data yang lebih valid,” tukas drg. Chaeriah.
Ia menambahkan, pengumpulan data yang dimaksud sudah berlangsung selama dua tahun terakhir dan Kepala Dinas Kesehatan Polewali Mandar memberi deadline proses tersebut hingga April 2019.
Pemkab Polewali Mandar juga tengah merancang inovasi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di antaranya menggagas Sekolah Pasangan Usia Subur (PUS) dengan memberdayakan Kantor Penyuluhan Keluarga Berencana yang berada di tiap kecamatan.
Di tingkat selanjutnya, akan diintegrasikan Sekolah Ibu Hamil yang melibatkan berbagai macam unsur seperti PKM, Penyuluh KB, dan Kepala Dusun.
Kemudian nantinya akan diterapkan pula penerbitan sertifikat anak baru lahir yang berisi data kelahiran, seperti nama bidan yang membantu kelahiran, tempat bayi dilahirkan, serta berat badan dan panjang bayi saat lahir.
Reporter : Ilma Amelia